About me?

Foto saya
I'm humble and friendly
Tampilkan postingan dengan label Comedy. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Comedy. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Maret 2012

Cerita di kala Siomay ke Perut

Di postingan kali ini aku mau ngebahas sedikit pekerjaan si Tante yang berpenghasilan 200 milyar per bulan (kalau niat korupsi). Sayangnya, beliau suka lebih takut sama Tuhan, daripada takut anaknya besok ga bisa beli tas hermes..

Ya gitu déh, si Tante suka ngajarin ku, kalau gaji itu datangnya dari bos, sedangkan rezeki datangnya dari Tuhan. Gaji boleh 2 juta per bulan, tapi yang namanya rezeki bisa 2 milyar per hari. Makanya banyak manusia yang gajinya lebih kecil dari presiden Indonesia, tapi bahagianya ngelebihin presiden Mogadisu.

Ya begitulah kehidupan ku sama si Tante, kadang suka kesel kalau beliau udah nyuruh kawin melulu, tapi teteup ngerasa seneng banget kalau dijajanin makan siang sepiring siomay yang sebenernya bisa ku beli pake uang sendiri.






Tapi, di balik sepiring siomay yang cuma tujuh ribu perak, si Tante selalu punya tujuh juta cerita yang nyaingin komik detektif Conan yang cuma Tuhan yang tau kapan tamatnya T.T

Si Tante kali ini cerita tentang pekerjaannya sebagai PNS yang harus menilai kebersihan salah satu kelurahan yang sedang ditinjaunya.

Sebut saja keluarahan Mawar (bukan kelurahan sebenarnya, red), terletak di pinggiran Bogor. Bisa dibilang, kelurahan ini terletak di kawasan Bogor coret tujuh belas kali. Jauh di pedalaman, namun kaya akan sumber daya alam.

Agar terjaga kejujuran daripada kebersihan dari kelurahan tersebut, si Tante melakukan inspeksi ala KPK yang kawin silang sama jelangkung alias mendadak-datang-tak-diundang-pulang-tak-diantar.

Maklum, kata si Tante kalau dikasih tau dari awal mau ada inspeksi kebersihan dari pemerintah pusat, tuh kelurahan suka udah siap-siap dari jauh hari gitu. Terus, tuh lingkungan kelurahan cuma bakal bersih pas ada tim pemerintah pusat datang menilai aja?
Untuk memperdalam laporan yang ada, si Tante melakukan wawancara dengan seorang ibu yang tinggal di kelurahan Mawar (bukan kelurahan sebeneranya, red) yang tidak memiliki saluran pembuangan yang baik, sehingga di pojokan rumahnya selalu terlihat lalat berkerumun T.T

Si Tante (T): "Jadi, kalau ada sampah ibu buang ke mana?"
Ibu kelurahan Mawar (I): "Ya ke belakang aja Bu…"
T: "Ke belakang? Ke mana Bu?"
I: "Ke kali atuh Bu, enak buang sampah ke kali mah, luas, lega, langsung we palid ka laut…"
T: "Setelah yang saya lihat, di rumah ini tidak ada kakus ya Bu?"
I: "Ada Bu…"
T: "Di mana?"
I: "Di belakang Bu…"
T: "Di belakang? Di kali?"
I: "Iya Bu. Enak kalau buang air besar di kali mah, mau bebersih juga, aernya banyak. Kotoran saya juga mereun langsung bisa dimakan sama lele…" (Pas diceritain bagian ini, yang mulia Teteh Vie langsung puasa makan lele dua minggu!)
T: "Kalau mau nyuci? Ibu ke kali juga?"
I: "Iyah atuh, nggak usah dibilas kuat-kuat, da aernya juga kenceng pisan…."
T: "Terimakasih atas partisipasinya Bu…."
I: "Ini atuh aer teh nya diminum dulu…"
T: "Ini ibu ambil aernya dari kali juga?"
I: "Sumuhun atuh, ti mana deui coba Bu?"

OOOOOOOOOOOOOOOOOOOoooooouch gawd! Semoga bukan Sungai Bengawan Solo yang ada di belakang rumah si Ibu yang satu ini ya T.T
Temen-temen bisa bayangin nggak? Kalau kalian buang air besar, buang sampah, mandi, plus cuci baju dan piring di tempat yang sama????

Makanya aku mah no comment déh sama rencana DPR yang merelokasi budget sampai 2 milyar hanya untuk toiletnya saja. Tapi, kebayang ya, buat gedung DPR yang jumlah pengguna toilet di gedungnya saja mungkin hanya 500 (itu juga kalau semua anggota DPR masuk kerja) orang per hari, kita harus menyiapkan uang 2 milyar???

Apalagi buat penyediaan MCK yang baik buat kelurahan Mawar yang jumlah penduduknya ada 2000-an orang??? 4 milyar untuk WC??? Asalkan emang beneran buat WC, bukan buat resepsi nikahan istri ke tiga belas, yang mulia Vie ridha dah bayar pajak tinggi juga...

Jumat, 20 Mei 2011

ALAU 2011 (Sisyen Satue)

Alay a.k.a Anak Lebay???
Ababil atau ABG Labill???
Oh Em Jiiiiih, it's soooo tu-tausen-en-tuelp beibeeeeeeh~ Sekarang jamannya ALAU!!!!!!! A-L-A-U!

"ALAU????"

Bukan. Ini bukan akronim dari nama si pemeran pendekar rajawali yang menjalin cinta terlarang dengan Bibi Lung yang sudah tidak perawan lagi, Andy LAU!

So, wot is det wahai Yang Mullia Vie???

Hmmmm, jadi giniii, kan kalian tau kalau di umurnya yang berkepala dua ini Vie téh suka mengalami kecemasan tingkat tinggi. Yaaaa, kalian bisa cek di beberapa postingan terakhir lah ya…

Hal yang terburuk itu terjadi empat hari kemaren, ketika aku sama sekali ga keluar dari kamar, kecuali untuk pipis dan eek. Aku juga ga makan, ketika lapar, aku cuma minum air aqua sisa yang aku ambil dari kantin beberapa hari sebelumnya. Aku juga sempet parno dengan internet. Pokoknya aku bener-bener merasa takut untuk berinteraksi dengan dunia luar.

Namun, manusia itu kan mahluk sosial (padahal waktu SMA, aku kan anak IPS), akhirnya aku membuka window messenger. Pada awalnya aku sempat men-setting 'invisible' selama beberapa hari. Waktu itu aku malu banget. Ketika temen-temen ku yang lain berlomba-lomba untuk menunjukan keberhasilannya, aku cuma bisa diem dan berpikir, apakah mereka masih mau temenan sama ku dalam keadaan seperti ini? (Waktu itu aku udah ga mandi 4 hari dan baju yang ku pake udah penuh umbel bekas nangis, red)

Awalnya, aku sempet malu sama masalah yang ku punya. Maklum masalah aku kok kayanya kaya upil Musolini aja gitu, coba bandingin déh masalah pubertas seorang perantau yang demen meracau sama masalah negara-negara maju yang ga mau menurunkan kadar CO2-nya.

Kalaupun aku berada dalam sebuah keadaan dimana aku pengen curhat, aku takut dapet respond, "ah elu menye"; "Mental tempe", atau…..

Senjata paling ampuh nih, sebuah phrase yang bener-bener bikin aku ga berani curhat lagi beberapa waktu yang lalu, "KAYA ORANG LAIN NGGAK PUNYA MASALAH AJA…" Aaaaaaaaaaaaaaaaargh! JLEB! JLEB! JLEB! Walaupun kalimat itu ada benarnya, tapi percaya déh kalimat kaya gitu tuh bener-bener pembunuhan karakter tunas bangsa yang sedang mengalami krisis tuentih samting.
Lalu, muncullah Ontjom si Iri Hati menyapa di window messenger, padahal aku lagi invisible tuh. Aaaah kehadiran beliau itu bagai tetesan embun pagi hari di vila-vila di Puncak Pas. Bagikan Soekarno ketemu Bung Hatta, Sule ketemu Azis Gagap, atau Krisdayanti ketemu Raul Lemos, akhirnya aku tumpahkan rasa-rasa yang terganjal di hati ini kepada yang bersangkutan.

Dari segala jenis nasehat yang saya dapatkan, saya pikir advice dari Ontjom si Iri Hati ini the best punya, ternyata di balik kebusukan hatinya, terdapat jiwa yang nggak kalah busuknya lapang.

"Tenang Vie, semua orang mengalami hal seperti itu. Gue juga waktu seumuran lu kaya gitu…Nanya ke diri sendiri 'kenapa gue ngelakuin ini semua?' Menangis semalam suntuk melihat temen-temen gue yang cumlaude, berasa bikin malu orang tua…."

Untuk menceriakan hari-hari terkelam ku, akhirnya kami merencanakan untuk bermain posting-postingan dengan blog kami. Yaaaaa, kalau misalnya saya dan Ontjom si Iri Hati bisa ketemuan face to face, kita berdua udah mabok-mabokan siomay Cikini. Siiigh~ Namun, jarak ini memisahkan cinta kami berduaaa, huwoooooooh, huwoooooooh…. Syalala la la lalaaa.... hehehe Peace Pak De On..

Jadi, peraturannya gini, kami saling ngasih tiga pertanyaan yang kudu kami jawab di postingan blog terbaru dengan tema permasalahan kegalauan hati para wanita berumur tuentih samting yang di mana di akhir postingan, kita harus ngasih foto dengan gaya ALAU 2011 atau yang akan lebih kita kenal dengan Anak gaLAU!

Soooo, hiiiiiiir wiiii gooooooo!


Ontjom si Iri Hati (O): "Tempat bersejarah lu dimana lu pasti melarikan diri dari gelapnya dunia….."
Yang Mulia Vie (V): "Ooooh tentu saja….Seperti yang sudah bisa lu kira, apalagi kalau bukan…..WC! Jadi, kalau misalnya gue lagi lama-lama di dalem WC, jangan pikir kalau gue itu lagi kena sembelit (walaupun sering juga sih), tapi di situ ada kalanya gue lagi nangis gogoakan di bawah kucuran air, huwoooooh, bagaikan Ayu Azhari di shit-netron Noktah Merah Perkawinan yang baru diselingkuhin sama Cok Simbara sekaleeeeee! Gue punya pengalaman, gue pernah lagi mules stadiun III tapi di waktu yang bersamaan, hati gue sedang hancur berkeping-keping, akhirnya gue nangis sesegukan sambil ngeden….Tapi ya, lu kudu ngerasain kenikmatan tiada tara ketika rasa sedih lu hilang bersamaan dengan 'hasil ngeden' lu pas lu teken water flush…" (hahahaha... Najis.com)

O: "Doa paling gila apa yang lu panjatkan ketika sedang mengalami krisis ini?"
V: "Waktu itu gue pernah sakit hati banget sama seseorang, gue marah banget sama dia, tapi nggak bisa gue tunjukin, akhirnya gue cuma bisa berdoa, 'ya Allah, aku tau kau Maha Baik dan aku ini hanyalah manusia biasa yang punya hati busuk. Jadi, tolong ya Allah buatlah orang yang buat aku bersedih hati itu mengalami sakit perut dan mencret berkepanjangan sampe aku memaafkan kesalahannya….Amiiiiiin.' Jadi buat yang lagi sering sembelit, cepet-cepet minta maaf ke gue ya, kali-kali penyebab utama lu mencret itu adalah dikabulkannya doa gue oleh Tuhan YME…" (hihhihihihi.. Sadis.com)

O: "Benda-benda apa sajakah yang lu ajak curhat saking lo despretnya tapi ga punya orang yang dipercaya untuk berbagi?"
V: "Karena tempat semedi gue itu di WC, jadi barang yang gue ajak ngobrol juga kagak jauh-jauh sama barang-barang yang ada di dalem WC dan sekitarnya. Hmmm, selama ini sih, gue pernah ngajak curhat gagang shower ama botol shampo…." (Gubbraaakkk.com)


Dengan berakhirnya sesi tanya jawab ini, maka aku akan postingkan juga foto ketika aku sedang mengalami alau-syndrome 2011 total. Siiigh~





Buat yang penasaran sama sesi tanya-jawab ku dengan Ontjom si Iri Hati bisa dicek juga di postingan terbarunya di blog beliau.

Jadi, mari kita sukseskan gerakan Peduli ALAU 2011, demi mewujudkan generasi penerus bangsa yang lebih baik lagi.

Senin, 16 Mei 2011

Jastin Bibir

Sore ini, aku diingatkan oleh berita meninggalnya Mama Loren, sang peramal handal. Yaaaaaaah, scara aku ga bisa tahu artis yang bakal kawin-cerai lagi dong, soalnya kan ramalan beliau tuh suka bener sama hal-hal yang seperti itu. Aduuuuuuh gimana ya kelanjutan kisah Mbak DeP dengan JuP

Aku langsung meluncur ke sini untuk mendapatkan kebenaran tentang hal ini sambil ditemani alunan suara sang biduan kecil kenamaan yang berasal dari Amrik sono, Dik Jastin Bibir (ditulis: Justin Bieber) di i tunes play list ku. Karena status YM ku itu dapat memberitahukan tentang lagu-lagu apa saja yang sedang diputar di i tunes ku, maka tiba-tiba muncullah message dari sohib karib di window Yahoo Messenger ku, dia sedikit mengomentari tentang fenomena Jastin Bibir di kalangan anak mudo dengan satu buah pertanyaan yang membuat aku ingin buang hajat di Romania lebih tercengang dari berita kematian Mama Loren,

Sohib Karib: "Vie gue mirip Jastin Bibir ya?"
Aku: "LU MIRIP JASTIN BIBIR?????"

(Di bawah ini aku sertakan foto sohib karib ku ketika masih perjaka disandingkan dengan foto artis muda berbakat asal Amerika tersebut.)

Aku: "MIRIP BANGET! Lu pake bedak dari surga?"

Senin, 07 Maret 2011

Time + Tragedy = Comedy

Dear, teman-teman yang aku hormati. Barusan aja aku baru nangis-nangisan, mengingat betapa tersiksanya batin ini, ooouch dada ku ga sampe disilet-silet kaya Manohara sih, cuma ya gitu, perihnya hati ini, bagaikan luka bekas gigitan anjing herder yang ditaburi garam dan merica. Ooouch! Ya pokoknya mah, kalau kata urang sunda, "Nyeuuuuuriiiiiiiiiiiii!"

Biasalah, seorang anak yg kadang menjadi perantauan yang tak tau kapan akan pulang dengan segala permasalahanya. Kalau misalnya aku jabarkan keluhan-keluhan ku di sini, aku tau pasti bakal ada yang bilang, "waaaaah, segitu mah belum seberapa, coba lu liat gue..." dan mulailah kita membanding-bandingkan permasalahan. Ngebandingin kebaikan aja terkadang kita udah males ngedengerinnya, apalagi ngebandingin kesusahan??? Makin menjadilah rasa kesal yang ada kalau pada akhirnya ada yang bilang, "lu kurang mensyukuri hidup…" Walaupun mungkin memang benar pada kenyataannya seperti itu, tapi percaya déh, bukan kata-kata itu yang orang ingin dengarkan ketika mereka bercerita tentang kesusahan hidup yang SEDANG (maksudnya: present tense ya, masih berlangsung kejadiannya nih...) mereka alami.

Eh, tapi dulu ya aku juga pernah punya perasaan kayak gini, sampe mencret-mencret ga jelas gitu. Waktu SMA tepatnya, ketika aku harus mengulang ujian mata pelajaran Kimia untuk entah keberapa kalinya.

Bayangin, waktu itu aku nangis dua jam dalam shalat malam dan di dalam doa, aku cuma bermunajat, "kenapa harus ada yang namanya Ilmu Kimia di dunia ini, ya Tuhan-ku yang Maha Pengasih????"

Bodoh banget ya??? Hehehe. Sekarang aku bisa ngakak inget kejadian tersebut, tapi percaya déh, nggak pernah ada di dalam benak aku kalau aku akan ketawa ketika mengalami nasib tersebut.

Okai-tokai, sekarang aku bisa ketawa-ketiwi inget masa itu. Tapi tho Tuhan mengabulkan doa ku, akhirnya aku masuk Fakultas Keguruan Jurusan Bahasa Inggris, di mana di dalam semua semesternya, aku tidak pernah belajar satu mata kuliah pun yang berhubungan dengan Kimia! Alhamdulillah!

Dan sekarang aku dalam masa yang sama ketika aku harus mengulang ujian mata pelajaran Kimia, ya aku ga harus ngulang ujian sih, cuma perasaan yang sama ku rasakan saat ini sama kayak waktu SMA dahulu. Tapi, aku yakin kalau satu-satunya hal yang bisa membuat aku bangkit adalah bayangan di beberapa saat yang mendatang, ketika aku bisa menarik nafas lega dan tertawa tentang masa-masa yang ku alami saat ini.

Minggu, 06 Maret 2011

Monyet Bilang, Saya Mereka?

Annyong Haseyooo, kemaren aku baru beli kaset dvd dan lgsg nonton. Sebuah film yang sudah menggugah aku sejak lama dan tertahan karena blm ada jualanan kaset nya, finally bisa ku tonton juga. Film yg konon katanya bertema sangat feminisme, berjudul, 'Mereka Bilang, Saya Monyet!'

Astagfirullah, Gustiiiiiiii……Randa! Eta kunaon nepi ka kitu-kitu amat judul pelem téh??? (ditranslate: O my goat! O kambingku! What's going on with Indonesian movie's title now???)

Aduuuuh, aku téh pengen gaya sebenernya, pengen kaya blog-blog yang lagi nge-hip banget sekarang, kan para blogger éta téh suka nulis posting-posting-an-nya pada pake Bahasa Inggris, emangnya yang punya komputer téh, bangsa endonesa aja??? Tapi, atuh da kumaha yah, keinginan sama kemampuan terkadang suka berbanding terbalik, hahahha cucian dehh...


Pengen sih sekali-kali nulis pake tulisan bule, tapi apa daya mulut ini memang terbiasa ngobrol sama Kang Diman, Mang Udin, dan Jang Asep. Ah, andaikan saja aku dilahirkan dari seorang ayah bernama Robert dan seorang ibu yang memiliki pupil mata berwarna biru muda, pasti sekarang aku sudah wara-wiri di dunia pershit-netronan Oom Punjabi, bukan kerja berjam-jam, seperti detik ini! Aaaaaargh, dunia ini memang kejam ya broooo!

Eh, jadi tadi téh kita lagi ngomongin apa ya sebelumnya???

Oh, heu-euh, pelem yang dibuat berdasarkan novelnya Djenar Maesa Ayu. Eduuuuun pisan lah! Sebuah film yang menggambarkan kehidupan seorang penulis yang memiliki masa lalu yang kelam. Dia adalah anak hasil 'rumah-patah' (dibaca: broken home). Di mana Henidar Amroe benar-benar memerankan si tokoh ibu dengan sungguh lihai (lihai banget dah ciuman sama para aktor-nya! Suer!). Aku sampai nggak nyangka, sekarang Tante Henidar memilih untuk menggunakan jilbab, setelah melakukan kissing-scenes yang hot bersama Akang Bucek.

Ah, emang ya hidayah mah beda-beda waktu datengnya ya…Tuh, makanya buat para anggota FPI, jangan ujug-ujug ngehancurin sana-sini. Coba bayangin déh, kalau misalnya para anggota FPI nge-grebek tempat shooting pelem 'Mereka bialng, saya monyet!' Mungkin Tante Henidar tidak diberikan kesempatan untuk mengetahui bagaimana rasanya melakukan salah satu anjuran agama muslim kepada para pengikutnya yang berjenis kelamin wanita.

Oh ya, akting Titi Sjuman yang menjadi pemeran utama pun nggak kalah ciamiknya sama Tante Henidar. Aku sampe bingung, kenapa bisa ya Titi Kamal lebih sering maen pelem dibandingkan Titi Sjuman, nama boleh sama-sama berawalan 'Titi', tapi untuk kualitas akting, saya pikir Titi yang 'itu' lebih mumpuni.

Oom Ray Saetapi pun tampak sangat menikmati perannya yang demen ciuman sama si pemeran utama. Iya ya, siapa juga yang nggak suka ciuman ama Teteh Titi Sjuman???

Ya, intinya sih, pelem 'Mereka bilang, saya monyet!' adalah sebuah pelem yang bagus, apalagi banyak adegan ciumannya. Wah demenan aku banget dah itu mah! hahahhaha dasar geeloookkkk...

Eh, tapi aku kaget lho, setelah menonton pelem ini, aku jadi tau, ternyata ada juga ya sifat KKN dalam dunia jurnalisme Indonesia Isu tersebut digambarkan sangat baik oleh Djenar Maesa Ayu sebagai sutradara, ketika Ajeng (Titi Sjuman) yang melakukan perselingkuhan dengan seorang penulis kenamaan yang memudahkannya untuk memasukan tulisan-tulisan ke dalam redaksi-redaksi media masa ternama. Waaaaaow, aduuuuuuh jadi pengen macarin editor-editor majalah-majalah anak muda terkemuka, biar aku bisa terkenal mendadak gitu…Hahahhaa

Kehidupan Ajeng yang sebagai penulis cerita anak-anak ceria-gembira digambarkan sangat bertolak belakang dengan kehidupan sehari-harinya yang sungguh kelam-jumawa. Si Ajeng kalau udah minum bir udah kayak aku minum nutri sari rasa jeruk nipis. Subhanallah, benar kata Bang Oma dalam salah satu lagu kegemaran Ayah ku, 'Mirasantika', "gara-gara kamu orang bisa jadi edan, gara-gara kamu orang kehilangan masa depan…KU TAK MAU TAK!" Hajaaaarrr... Engkol DJ....


Lalu, dari mana asal usul kata 'monyet' dalam pelem ini??? Oooooh, bukan karena wajah Teteh Titi Sjuman mirip monyet. Waaaah, kalau wajah Titi Sjuman mirip monyet, wajah ku mirip siapa??? (Dari kejauhan terdengar, "kalau Teteh Vie mah mirip Jenifer Lopez!" I know, I know that). Kata 'monyet' itu sendiri berasal dari panggilan sayang teman-temannya Ajeng oleh kedua temannya yang tak kalah demen ciuman dengan para aktor muda lainnya.

Setelah menonton pelem ini, cita-cita ku menjadi penulis menjadi sedikit goyah. Bener kata Pak Erwin (senior ku di creative)  mendingan jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) ajalah kalau gitu mah. Masuk jam 8, istirahat siang sambil shalat dzuhur jam 12, pulang jam 4, tapi shalat ashar dulu jam 4.15, jam 5 pergi ke pasar, jam 6 shalat maghrib, jam 7 nyiapin makan malem buat suami dan anak, jam 9 shalat isya, jam 9.30 tidur, lalu bangun jam 3.30 untuk shalat malam, lalu sahur (ceritanya téh lagi hari Kamis, jadi aku sahur buat menjalankan salah satu sunnah Rasul, puasa setiap hari Kamis) sampai waktu imsak tiba, dan dilanjutkan oleh kegiatan shalat shubuh berjamaan bersama sang suami tercinta. What a life! Salah satu bayangan kehidupan yang tak pernah terpikirkan oleh ku sampai umur ku menginjak kepala dua seperti sekarang ini.

Okai-tokai, dapat ku simpulkan bahwa pesan moral pelem ini adalah: "Ini pilem bagus bro! Abis nonton pelem ini, aku jadi ngeliat PNS sebagai salah satu pekerjaan yang bisa bikin aku masuk surga juga!" Abisan ya, selama ini, kalau baca koran-koran téh, aku suka disajikan berita-berita buruk dari menjadi seorang PNS, padahal mah tergantung orangnya juga sih ya, kalau emang udah demennya mabok-mabokan dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mau jadi seorang guru ngaji, bisa aja masuk neraka.

Eh tapi kalau aku yang jadi sutradaranya, aku bakal lebih memilih judul 'Mereka bilang, aku kayak Dian Sastro!' atau 'Mereka bilang, aku mirip Luna Maya!' daripada 'Mereka bilang, saya monyet!'. Makan sosis-sambil ngetik, walau narsis-tapi Teteh Vie emang paling cantik! Chiiicckkk... ;-)