About me?

Foto saya
I'm humble and friendly

Senin, 29 November 2010

Kemarin, besok dan hari ini...

Aku belajar banyak hal beberapa hari ini, salah satunya bagaimana memaknai 'hidup tenang' tanpa rasa takut, cemas, gugup, tidak nyaman, dikejar2 rasa bersalah, tidur tak nyenyak, makan ga teratur dan semua terasa berantakan...
3 hari saja...

Yang pertama: Hari kemarin.
Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang kita rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja...

Yang kedua: hari esok.
Hingga mentari esok hari terbit,
Kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba; biarkan saja...

Yang tersisa kini hanyalah hari ini.
Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.
Aku akan memusatkan saja diri untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini

Bila kita mampu memaafkan hari kemarin
dan melepaskan ketakutan akan esok hari.
Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.
Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini.

Hari ini yang abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat,
meski mereka berlaku buruk pada anda.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini,

karena mungkin besok cerita sudah berganti
.
Ingatlah bahwa kita menunjukkan penghargaan pada orang lain

bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri kita sendiri

Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu
bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga..
Hari ini, 29 November 2010, merupakan hari berat binti besar buat diriku as personal..
Karena hari ini, nama ku, keluarga ku dan pihak2 yg terkait menjadi taruhannya..
Tak mau terjebak ke dalam kesalahan yg sama utk yg kedua kalinya..
Hari ini, 29 November 2010 sebuah big deal telah ku buat utk ku sendiri..
Hari ini, 29 November 2010 yg tak pernah akan ku lupakan seumur hidup ku tapi bukan untuk ku kenang selalu..
Hari ini, 29 November 2010 semoga menjadi berarti bagi yg bisa memberi arti..
Hari ini, 29 November 2010 tak akan pernah terulang lagi dan tak ada niat untuk mengulang lagi..
Hari ini, 29 November 2010 aku telah bisa melihat diri ku, org2 disekelilingku, siapa mereka dan siapa aku yang sebenarnya..
Hari ini, 29 November 2010 telah menjadi bukti bahwa semua tak semudah membalikkan telapak tangan..
Hari ini, 29 November 2010 aku hanya mau memaafkan diri ku sendiri atas apa yg sudah terjadi..
Semoga aku bisa melewatinya dengan ikhlas, lapang dada, dan berbesar hati..
So, maybe it all happened for a reason...

Rabu, 24 November 2010

Renungan "Hampir Seperempat Abad Usia Si Anak Sulung" (Happy B'day to My Self)

24 November 2010. Banyak sekali harapan di tahun ini, tahun dimana usia aku menginjak 22tahun. Uhmmm, bukan lagi usia anak-anak. waktu masih kecil, aku sering berpikir (bahkan bermimpi) untuk menikah di usia 22 tahun, ya tapi sampai dengan hari ini tepat usia 22 tahun nampaknya belum ada tanda-tanda pernikahan...semoga aja Tuhan akan menyediakan jodoh yang baik selama setahun ke depan.

Waktu masih kecil, aku bercita-cita untuk menjadi designer busana. Gak tanggung-tanggung loh aku sangat suka menggambar baju, tapi tanpa tangan dan kaki manusianya. Baju-baju itu aku gambar di halaman terakhir buku sekolah. Bahkan pernah aku kirim gambar-gambar baju tsb ke salah satu majalah fashion, dan mereka membuatkan baju yang sesuai dengan gambar yang aku buat...senangnya, walaupun gak dapet honor. tapi ternyata Tuhan memberikan kehidupan yang berbeda, Aku saat ini bekerja di salah satu sekolah dasar sejak 4 tahun belakangan ini, dan semua itu karena ketika aku berusia 18 thn aku datang ke satu sekolah. Sebuah pengalaman yang mengubah pemikiran.

Ketika SD juga bercita-cita untuk menjadi sarjana ekonomi, tapi ternyata jalannya berbeda, aku pun menjadi Sarjana Pendidikan Pendidikan Bahasa Inggris.
Masa SMP bercita-cita ingin menjadi PENULIS cerpen dan novel, berkat didorong oleh para Guru di SMP Negeri kelas International.... Dengan berangkat dr sering nya aku followed lomba2 dlm karya tulis dan beberapa waktu acap kali menang dan sempat dikontrak menajdi jurnalis kecil, akhirnya menulis pun membentuk hidup ku. Tapi seiringnya waktu yaaa namanya jg masih dalam proses pencarian jati diri yg masih labil bgt... alhasill....

Ketika SMA pula aku bercita-cita menjadi Manager ketika usia aku 22. Tapi ternyata sampai dengan hari ini masih menjadi guru / level staff. Uhm..banyak juga ya harapan yang aku gantungkan di usia ke-22 ini salah satunya menjadi blogger yg handal sekaligus meluruskan langkah ku menjadi salah satu PENULIS TOP di Ibu kota yg dulu pernah ku cicip semasa duduk di bangku SMP...
InsyaAllah...

Ya, Tuhan semoga saja di usia 22 ini aku bisa melakukan segala hal dengan lebih baik, menjadi yang terbaik, dan selalu mendapatkan dukungan terbaik.AMIN.

Minggu, 07 November 2010

Hasil baca buku Gobind "Tulisan Tangan adalah hasil proyeksi dari otak kita buka direkayasa"

Sehari-hari Sapta Dwikardana adalah dosen Hubung an Internasional di Universitas Parahyangan, Bogor. Sejak 2000 dia mendalami grafologi (ilmu membaca karakter melalui tulisan tangan). Saking seriusnya, dia sampai belajar ilmu itu hingga ke Amerika Serikat.
Sapta mengaku mengenal grafolog saat karakter dia dibaca guru besar psikologi Universitas Padjajaran (Unpad) John Nimpoeno melalui tulisan tangannya. ”Tiap orang merasa senang ada yang menjelaskan kepribadiannya,” ujar nya ketika ditemui Jawa Pos di salah satu kliniknya, kawasan Dago, Bandung.
Sejak saat itu ilmu tersebut seolah membuka alam pikirnya. Sapta jatuh cinta dengan bidang ilmu yang merupakan bagian dari psikologi itu. Ketika itu, amat jarang orang yang mau mendalami grafolog. Namun, Sapta berkeyakinan ilmu tersebut bakal banyak membantu sesama.
Menurut dia, tulisan tangan merupakan satu-satunya alat untuk membaca karakter seseorang yang tidak lekang waktu. ”Tulisan ta ngan merupakan proyeksi otak kita yang tidak bisa direkayasa. Tidak ada instrumen yang lebih kuat daripada itu,” ujar pria asli Madura itu. Tangan, kata Sapta, hanyalah media untuk membaca karakter tulisan seseorang. ”Orang yang menulis dengan mulut, bahkan kaki, tidak menjadi persoalan. Itu hanya medium. Yang penting tulisan tangannya,” jelasnya.
Menurut dia, grafolog sejati harus menguasai tiga hal. Yaitu, analisis tulisan tangan, kaligrafi, dan membaca gambar. Untuk itu, dia sudah menguasai ketiga hal tersebut. Lantaran ketertarikannya terhadap grafolog, Sapta lantas memdalami ilmu itu bersamaan ilmu psikolog lain seperti Freudian. Setelah menguasai program dasar ilmu itu, Sapta mengambil master di Advanced Studies in Contemporary Graphology AS. Program master dua tahun itu dia tempuh melalui jarak jauh. Kurikulumnya sangat padat. Ujian yang dia ikuti juga jarak jauh.
Dia menjelaskan, basik grafologi hanya mempertimbangkan 40-50 indikator un tuk menilai tulisan seseorang, lain lagi dengan program master. Dibutuhkan sekitar 440 indikator untuk membaca karakter seseorang melalui tulisan tangan. Misalnya, bentuk huruf, kemiringan huruf, ketebalan huruf, maupun serpihan tinta. Itu hanya sekian indikator. Jam terbang tinggilah yang menentukan akurasi dalam membaca karakter seseorang.
Akhirnya dia menjadikannya sebagai profesi. Hasilnya, ilmu itu amat bermanfaat dari hal sederhana hingga memecahkan masalah berat. Meski grafolog bukan pekerjaan utama, profesi barunya itu berkembang pesat. Pada 2004, Sapta bertekad mendirikan sekolah grafologi. Dia mendirikan Authentic School di Jakarta. Sekolah itu tak hanya mempelajari grafologi, tapi juga hipnoterapi, behaviour theraphy maupun auriculotherapist.
Lantas, berkembanglah sekolahnya di berbagai kota besar. Misalnya, di Bandung dan Bali. Kendati sekolahnya berkibar di mana-mana, Sapta mengaku tak pernah pasang iklan. ”Karena prinsipnya, saya ingin ilmu ini dipelajari banyak orang,” akunya.
Saat ini dia sudah memiliki sekitar 250 siswa yang konsens belajar grafolog. Mereka dari berbagai kalangan. Mulai dosen, dokter spesialis, ibu rumah tangga, mahasiswa, maupun guru. Banyal siswanya yang akhirnya membuka jasa konsultasi grafologi. ”Banyak yang sudah buka klinik di mana-mana,” ungkap dosen yang meraih gelar PhD di Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, jurusan Sosiologi SDM (sumber daya manusia) itu.
Jam terbang yang cukup tinggi dalam membaca karakter seseorang memberikan banyak pengalaman kepada Sapta. Terutama, dalam mengungkap kasus kejahatan. Sapta pernah membantu mengungkap kasus pembobolan dan pencurian di sebuah perusahaan. Ketika itu, dia meminta agar beberapa suspect menulis di secarik kertas. Melalui tulisan tangan itu terbaca tingkat kegelisahan yang dialami seseorang, sifat manipulatif, maupun kondisi psikologis. ”Tapi, saya harus benar-benar cermat dan bisa membedakan apakah kegelisahan yang ditunjukan tersangka karena ketakutan atau perasaan bersalah,” tuturnya. Akhirnya, melalui tulisan tangan itu dia berhasil mengungkap pelaku pembobolan tersebut.
Setiap kali membaca hasil tulisan, Sapta selalu meminta feedback dari kliennya. ”Saya tanya benar nggak analisis saya. Mayoritas mengaku 95 persen benar,” ucapnya lantas tersenyum.
Bisa untuk Ngetes Calon Pasangan Hidup
Profesi grafolog memiliki fungsi hampir sama dengan psikolog atau psikiater. Ilmu analisis tulisan tangan yang disebut grafologi itu bisa memiliki validitas dalam mengambarkan kepribadian seseorang secara komprehensif. Ilmu ini juga bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk mempelajari watak calon pasangan hidup.
“Grafologi bisa digunakan pasangan yang mau menikah untuk melihat apakah calon pasangannya memiliki kecenderungan kepribadian yang bermasalah,” kata Angela Teressia, SIp, CMHA (Certified Master Hand Analyst) di Bandung.
Dia menceritakan, klinik yang dia kelola terkadang menerima permintaan dari sesorang wanita yang akan mengarungi bahtera rumah tangga untuk menganalisis tulisan tangan calon suami. “Biasanya yang ingin dilihat apakah ada kemungkinan calon pasangan hidup tersebut punya potensi agresivitas yang terpendam dan apakah yang bisa memicu sifat tersebut,” ujarnya.
Wanita 28 tahun yang memiliki gelar Master of Manajemen dari Universitas Katolik Parahyangan itu mengaku, banyak di antara kliennya yang hanya membawa contoh tulisan tangan pasangannya. “Jika hasilnya memang perlu dilakukan konsultasi, kami akan memberi tahu dengan bahasa yang diperhalus. Tidak secara langsung memberi tahu bahwa dia (calon suami) memiliki sifat agresivitas yang terpendam,” jelasnya.
Angela yang kerap disapa Ela itu mengakui bahwa dirinya lebih sering menangani klien anak-anak dan wanita dewasa saat menjalankan klinik grafologi. “Menerima klien laki-laki juga pernah. Tapi, klien lebih senang dengan grafolog yang sama (jenis kelamin, Red),” ujarnya.
Kalau kliennya laki-laki, kasus yang sering ditangani biasanya terkait dengan apakah partnernya cocok berbisnis sendiri atau bekerja sama.
Ela membeberkan, sejak kuliah dirinya tertarik mempelajari ilmu analisis tulisan tangan itu. Namun, baru pada sekitar 2005 dia mulai belajar grafologi dan bergabung dengan Authentic School of Graphology. “Dulu awalnya beli buku, belajar secara otodidak. Setelah itu mengambil master grafologi,” jelasnya.
Ibu satu anak tersebut mengatakan, grafologi merupakan bagian dari ilmu proye ksi psikologi. Ilmu tersebut bisa digunakan untuk mengetahui kondisi emosional, mental, dan fisik seseorang, menceritakan kehidupan penulisnya. Ilmu ini juga bisa dipelajari tanpa mengenyam pendidikan formal.
Saking bergunanya grafologi, Ela menggunakannya untuk memilih pengasuh bayi yang cocok bagi buah hatinya. Saat menerima sang baby sitter, Ela meminta tulisan tangannya. Dari situ dia bisa mengetahui apakah pengasuh bayi itu memiliki kecenderungan melakukan kekeras an terhadap anak. “Setelah saya baca, ternyata tidak ada dan setelah tiga tahun, dia terus bersama saya,” ke nangnya.
Awalnya Hanya Ingin Tahu Bakat Anak-Anak
Salah seorang grafolog lain, Achsinfina H. Soemantoro, memilih konsens menangani kasus perkembangan anak. Grafolog yang akrab dipanggil Sinta itu mulai mendalami ilmu tersebut sejak 2002. Sinta tertarik grafologi sejak dia ingin kuliah di jurusan psikologi.
”Waktu itu ekonomi keluarga saya tidak memungkinkan. Oleh ibu saya disarankan mengambil D3 manajemen transportasi udara di Trisakti,” kenangnya. Harapannya, Sinta bisa langsung bekerja. Namun, belum sampai lulus Sinta sering mendapat job sampingan. Sinta pun berkeinginan suatu saat bisa mengambil S-1.
Lulus kuliah dia langsung didapuk sebagai asis ten dosen. Saat itulah, dia mulai kenal dengan grafologi. ”Karena kesenangan saya terhadap psikologi, akhirnya tertarik belajar grafologi” ujarnya saat ditemui Jawa Pos di kliniknya kawasan Bintaro. Sinta pun lantas belajar secara otodidak. Referensi terkait grafologi dia kumpulkan dan dia pelajari.
Suatu hari seorang teman menyarankan dirinya mengambil pembelajaran jarak jauh grafologi di Sertified Behaviour Analysis di California. Selama dua tahun (2003-2005) Sinta belajar grafologi secara jarak jauh.
Ketika sudah mahir ilmu itu, Sinta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kebetulan waktu itu dia bekerja sebagai salah satu public relations sebuah perusahaan. Dia memanfaatkannya untuk merekrut karyawan. Hasilnya amat membantu.
Kelihaian Sinta membaca tulisan tangan tersebar dari mulut ke mulut. Orang pun mulai berdatangan ke rumahnya. ”Minta dites ini dan itu. Mulanya sih saya pakai untuk tahu bakat anak-anak saya saja. Tapi, lama-kelamaan yang datang ke rumah banyak,” ujarnya.
Saking banyaknya, halaman rumahnya sampai tidak muat untuk parkir kendaraan para tamu. ”Parkirnya sampai di rumah tetangga. Saya jadi nggak enak,” cerita perempuan kelahiran 1973 itu.
Lantaran semakin banyak klien yang datang ke rumah, oleh sang suami, Sinta disarankan membuka klinik. Pada 2005, Sinta akhirnya membuka klinik di kawasan Bintaro. Tak disangka, kata dia, animo masyarakat cukup tinggi. Sinta pun berpikir bahwa ilmu ini sejatinya bisa ditularkan kepada orang lain. Akhirnya, dia bertekad menerbitkan buku. Menguak Rahasia Tulisan Tangan yang terbit pada 2008 adalah buku pertamanya.
Buku itu berisi pengenalan tentang grafologi. Sinta mengungkapkan, melalui grafologi hubungan cinta, karir, kepribadian, dan masa depan bisa menjadi lebih baik.
Menurut dia, ada beragam cara membaca kepribadian seseorang. Sebab, manusia sulit berpura-pura soal isi hatinya. Ada beragam jejak yang bisa dibaca tentang kepribadian seseorang. Termasuk di dalamnya orientasi seks seseorang. ”Salah satu tanda untuk mengungkap hal itu adalah tulisan tangan,” sebut grafolog asli Pekalongan itu.
Sepanjang pengalamannya sebagai grafolog, Sinta telah memakai ilmu itu untuk membantu rekrutmen pegawai di perusahaan, meningkatkan kualitas kepribadian staf di perusahaan, konsultasi anak dan dewasa, membimbing seseorang memilih pekerjaan yang cocok, menilai kemung kinan risiko penipuan, kesesuaian antarrekan kerja, membantu memahami diri dengan lebih baik, dan memilih pasangan hidup.
Sinta mensyaratkan minimal 15 baris tulisan untuk bisa dibaca. Tulisan bisa digoreskan di kertas HVS tanpa garis. Sinta menegaskan, bukan cerita yang dinilai dalam grafologi. Karena itu, seseorang tak perlu berupaya membuat tulisannya bagus. ”Grafologi tidak melihat apakah tulisan Anda cantik atau berantakan,” cetusnya. Hanya, alat tulisnya harus menggunakan bolpoin standar. Lebih baik warna hitam. Alat tulis seperti Boxy, menurut Sinta, dapat membuat analisis bias karena kuat lemahnya tekanan tulisan tidak terbaca.
Tahun ini Sinta baru saja menerbitkan buku berjudul Mengenal Potensi Anak Melalui Tulisan Tangan. Saat ini dia memang lebih konsens menangani kasus perkembangan anak.

Rabu, 03 November 2010

Jalan lama terulang

This is my lovely sister, Tytha
Well, sama sekali tidak ada dibenak ku untuk kembali menelusuri lorong ini lagi. Tempat dimana pernah menjadi saksi bisu aku harus berjuang untuk kembali sehat seperti sedia kala. Tempat yang pernah mengantarkan aku ke tempat aku bisa beristirahat dengan tenang untuk sementara waktu. Tempat yang sempat menjadi saksi ketakutan Ibunda ku. Ya... itu adalah Rumah Sakit yang sempat ku tinggali sebanyak 2x banyaknya.
Kali ini aku kembali, tapi bukan sebagai pasien, tapi sebagai pengunjung. Adik bungsu tercinta ku, kini terbaring lemah tak berdaya... DBD telah merenggut waktu belajar, bermain, dan berkumpul nya.
Sebenarnya ini merupakan kali kedua nya menempati salah satu kelas VIP di Rumah Sakit yang terkenal dengan fasilitas dan service yang premium. Harga nya pun premium, tapi bukan itu yang ingin ku angkat sekarang. Tapi perasaan cemas, takut bahkan merinding lah yang menjadi prioritas ku sekarang.
Dimana aku harus belajar untuk menghilang rasa semua itu dan mencoba untuk senetral mungkin.
 Tapi tetap susah, aku perlu usaha yang keras untuk memberanikan diri kembali ke Rumah Sakit ini lagi. Jantung ku berdegup kenjang ketika kendaraan roda empat kami membawa aku menulusuri jalan menuju tempat dimana satu keluarga ku pernah mencicipi rasanya jadi salah satu pasien disini. Tangan ku merinding ketika kaki ku mulai masuk ke dalam ruangan Emergency, tempat dimana adik ku untuk pertama kali nya diamankan.
Rasa pertentangan pun muncul, antara mau ikut masuk atau tidak. Memang terasa lebai atau berlebihan, tapi itulah kenyataan yang ku rasa. Aku Trauma. Tapi dengan usaha yang cukup keras akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan dan melihat banyak pasien dengan berbagai macam penyakit dan keluhan yang diderita.
Dari sikecil lahir prematur yang masih sangat merah terpaksa harus merasakan kedasyatan jarum menusuk masuk ke urat nadinya, dan O2 yang dipaksa masuk lewat celah hidung kecil nya. Sampai Kakek-kakek yang rentah yang hanya diantar oleh warga setempat, (ku rasa kakek itu tak punya sanak keluarga) dan seabrek rupa dari bermacam penglihatan yang ku lihat.
Itu semua sudah sangat melengkapi hari ku saat itu, padahal siang nya aku bertemu sang kekasih hati, rasanya hawa nya, hangat tangannya yg menggenggam tangan ku erat2, tatapan mata yg syahdu, suara ketawa yg khas yg keluar dr bibir imut nya pun masih kental terasa dalam ingatan ku.
Dan ternyata semua berbalik 180 derajat setelah aku memasuki kembali ruangan ini.
Terlihat dokter jaga yang pontang panting kesana kemari melayani satu demi satu pasien... Aku heran mengapa di Rumah sakit sekelas dan sepremium itu dokter jaga nya hanya ada satu. Satu lawan banyak otomatis kalah lah si Satu... Pasien bejibun begitu, tangan dokter cuma dua.
Haaa adek ku menangis kesal karena dokter tak kunjung datang (kita brasa berada di RS yg biasa2 saja akhirnya)..
Tp untunglah setelah melewati waktu dengan termenung melihat kanan kiri orang sekitar dengan berbagai aset penyakit yg diderita, akhirnya sang Buk dokter pun menghampiri kita. Diperiksa nya adek ku yg memiliki suhu badan yg amat sangat panas, bak air yg baru mendidih, bak film kartun pasti udah ada efek asap di atas kepala nya. Setelah kurang lebih 10 menit dia memeriksa adik ku, diputuskan lah Tytha (panggilan akrab adik ku) untuk segera diambil sample darah nya guna di cek.
Menunggu hasil adalah kegiatan kami selanjutnya, sembari tetap melihat manusia-manusia yg lainnya. Sesekali aku keluar, menghirup udara segar yg tetap terasa hambar karena cemas dan stress.
30 sampai 45 menit waktu yg kami habiskan utk mendengarkan hasil dari tes hingga diputuskan lah bahwa adik ku tercinta divonis +DBD...
Subhannallah... ini kali kedua dia terjangkit penyakit yg sama.
dan positif jg kudu rawat inap...
Itulah mengapa kali ini tulisan ku diberi judul "jalan lama terulang", karena jalan ini mengingatkan aku akan banyak memori jelek... kesan yg tak bagus cenderung stress dan bikin mumet.

Selasa, 02 November 2010

Kecemasan yang salah kah?

Hari ini, aku seperti tidak bernyawa saja... Rasa nya sesak sekali.. Ga tau harus mulai darimana... Mana yang harus dipercaya... Keyakinan yg selama ini bersama dengan setia pada ku atau Kenyataan yg baru ku dapat hari ini diiringi hasil kecurigaan yg berlandaskan penulusuran investigasi sendiri??
Sungguh aku mati hancur.. benar2 mati bila sampai apa yang aku tentang dalam hati kali ini benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada. Aku mempercayainya.... Sungguh awalnya mempercayainya... sekarang pun iya, masih tepatnya... tp masih dalam pertanyaan sendiri,  berkurang...
Apa iya ada tradition and culture secara detail dilakukan oleh 2 orang yang sama dari dunia dan masa yang berbeda???? Sulit untuk percaya bahwa mungkin itu bisa saja terjadi secara kebetulan... Kebetulan saja selera sama, kebetulan punya habit yang sama, kebetulan punya karakter kepenulisan yang sama, bahkan letak titik koma, huruf kapital dan huruf kecil, everythg is same.... whoaaaa... Cool bgt klo itu sampe terjadi.
Hanya Tuhan yang tau, mana yg benar dan mana yg salah. Aku hanya ingin satu hal,,, Tolong jaga kepercayaan yg selama ini ku beri... Aku mohooonnn....

Hello world

Ini adalah posting pertama gue di blog baru gue. Actually gue udah pernah punya blog dulu nya.. Berkat hasil kerja keras adek sepupuh gue yg bela2in datang jauh2 cuma buat ngajarin gue nge-bikin sebuah wadah dimana gue bisa mengekspresikan diri gue lewat tulisan2 gue yang masih terbilang amatiran buanget!! hehehe... tapi yachhh lumayan lah yach... (menurut gue sie lumayan.. ga tau kata org2.. lumanyun kalii...) hahaha... Tapi yach sayang sejuta sayang, blog hasil ciptaan gue dulu kagak tau lagi rimba nya dimana... hahaha kayak bertualangan ke hutan ajya yach? Buuuuutttt..... Taraaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....
Finally, sekarang gue punya lagi dah.. Horeeeeeeeeeeeeeeeeeeee... Narcis.com