About me?

Foto saya
I'm humble and friendly

Selasa, 29 Maret 2011

Yeeeeeee... Sepatu Baru!!!

Haiiiiiiiiii, teman-teman kelompok Vielo sadayana....

Hai-hai, masih inget sama postingan tentang rusaknya sepatu yang biasa aku pake kemana-mana??? Salah satu tujuan aku kerja part time selama ini juga tak lain dan tak bukan, untuk bisa membeli sepatu baru.. (hehehehe alasan yang keterlaluan)...

Soalnya, dengan keadaan sepatu ku yang sekarang ini, aku sering mengalami kesemutan setelah jalan-jalan dalam waktu yang cukup lama (6-8 jam). Padahal kaki ku ini adalah modal utama buat traveling alla kere-aktif. Kalau pake sepatu yang biasa ku pakai dulu, aku ga pernah ngalamin kesemutan. Atau…..Mungkinkah otot kaki yang ku punya itu semanis wajah ku??? (Daaaankkkk**&^%#) Sampai-sampai semut berani ngegerayangin gitu??? Ow ow owww, lg geje rupanya, sodara-sodara…

Dan……..Aduuuuuuh, gimana ya ngomongnya? Nggg, barusan, nggg…Hmmm, barusan…Hmmmm, aduuuuuh, deg-deg-an nih ngomongnya, nggggg….Gimana ya??? Hmmmm, gini déh, sebelumnya yang mulia Teteh Vie téh ingin berterima kasih pisan kepda kalian semuanyaaaaaaa. Aaaaaargh cup cup muah! Alhamdulillah! Puji Tuhan! Dengan kekuatan bulan akan menghukumu!

Aduuuuuh, aku téh yah meuni pengen meluk kalian satu-satu! Berkat doa kalian semua, akhirnya…Akhirnyaaaaaaaaaa….A-K-H-I-R-N-Y-A…Aw-aw-aw….Akhirnyoooooooo…….. Setelah Raul Lemos mempersunting Krisdayanti…Akhirnyoooooooo oh akhirnyooooo….Finally, yang mulia Teteh Vie punya sepatu baruuuuuuu jugaaaaa! Ya Tuhan! Beneran déh, kalau bukan karena doa kalian, aku nggak mungkin bisa punya sepatu dalam waktu dekat ini. Ape mau dikate, bekgron sih bole dah di Jakarta, tapi keadaan dompet masih nggak jauh beda sama mahasiswa Palembang...

Okay, first of all I would like to say thank you to the God, my Dad, my mom, Miss Laura, Mbak Piet and Mas Wiwit who rocked my world recently. Then, to all my friends at kelompok Vielo and to all galau people in the world! Salam lof, pis, en g4vL!" Cihuuuuuuuuui, aku berasa udah kaya Natalie Portman yang menangin oscar gara-gara pelem Angsa Hitam aje nih, kekekeke.







Tapi, beneran lhooooo, tadinya aku pikir, aku baru bisa mewujudkan mimpi ku untuk punya sepatu lari baru itu sekitar akhir tahun 2011, ketika jumlah gaji dari kerja part time ku sudah terpenuhi. Eh taunya, yang namanya Tuhan mah selalu ngasih rezeki dengan cara terkeren yang Dia punya. Di akhir bulan Maret, aku dapet rezeki yang nggak disangka-sangka dan aku bisa beli sepatu baru ini.

Makasih ya buat temen-temen yang sering galau di luar sana. Konon katanya orang-orang galau itu adalah orang-orang yang hatinya sedang teraniaya dan sudah menjadi rahasia umum, kalau doa orang teraniaya itu katanya lebih sering dikabulkan. Hahahha! Semoga kegalauan senantiasa bersamamu…..

Oh iya, untuk ucapan terimakasih kepada semua doa teman-teman kelompok Vielo yang udah ngedoain biar yang mulia Teteh Vie bisa punya sepatu baru, aku belum bisa beliin kalian tiket pesawat ke Italia PP... Tp aku hanya bisa kasih hadiah Doa yang paling mujarab... "semoga kalian diberi ketabahan dalam mengarungi mahligai kehidupan.. Rezzz" hehehe

Senin, 28 Maret 2011

My Absolute Answer

(Another posting about what I put on my wall).

Somebody asked me yesterday, "Vie, what is your life recipe?"

And this is my absolute answer…








"(Listen)3 thrice,

(Think)2 twice,
(Speak)1 once."


And it never changes…

Yup, resep ini nggak pernah berubah…..Sama kaya perasaan Raul Lemos kepada Krisdayanti!

Aduuuh, aku masih terkena euphoria pernikahan dua insan yang sedang dimabok laut cinta ini. Eh gossipnya pernikahan mereka itu abis 2 milyar ya??? Waaaaaaaaaaaaaow, bisa beli tiket PP Roma-Jakarta executive class, ngggg…..Sekalian deh aku nyarter pesawat hercules aja buat landas di Soekarno-Hatta.







"Mimpi apa gue di retweet sama Raul Lemos????" Tau déh ini Raul Lemos beneran atau bukan, tapi abis liat timeline ini, aku langsung pengen dengerin lagu...

Sabtu, 26 Maret 2011

My Dad is My Best Friend

Berangkat sama2 ke Ibu Kota bukanlah suatu hal yang baru buat ku, tp ga tau kenapa suasana Pagi ini terasa beda bangeeeettt... Ada suatu rasa kebanggaan tersendiri.... Gila aja mameeennn, gue lagi duduk di sebelah Calon Bapak Kacab Bangka cuuuyyy... hehehehe (Bangga abeesss)

Yuuuppy benar bgt, aku dateng ke Jkt untuk urusan kerja, dan same with Papap... Sore ini ada acara pisah sambut dari Pusat buat Ayah. :-)
Alhasil kudu berangkat bareng2 dechhh... Tapi tapi taapppiiii..... my big prob was coming... eing ing einggg... My lovely Nokia N97 dan BB (bau badan) tinggal dirumah cuuuyyyy.... Bisa bayangin lah yaa, suasana hati ku galau bin gundah gulana kayak apaan....
Mau balik ke rumah rasa tak mgkn kalii...

Jadi nya yooo wiiiiissss, di ikhlasin aja tinggal dirumah, tohhh ga ada data telarang juga kok... kekekkeke....

Klo filosofi org Palembang magh terkenal dgn kata "untung", dan sekarang aku akan berkata kata yg menjadin fenomenal itu... 'untungnya' aku masih punya nomor lama yg terselip di dompet. Nomor yg udah ga ke pake kurang lebih hampir 3 bulan lamanya, masih aktif dan bisa ku gunain utk menghubungi teman2 sodara2 sadayana.... Dan most important adalah my ...... ada di Jakarta juga...
Sayang nya aku ga bisa nemuin dia barang sebentar... Coba bayangin, nyampe di bandara lgsg misah sama Ayah. Ayah ke LA dan aku lgsg cabut ke Salemba. Secara rapat team pukul 10:00 ini. Pulang lagsg cabut ke LA, dan you know what, klo aku tau acara nya di Thamrin, mending lgsg ke sana aja, ga msti balik ke rumah dulu.... eleeeh eleeeuuhhh si Ayah kepriben tohh?? Ya udah aku mandi bentar dan berbalut dress wrna biru aku temani Ayah ku ke acaranya. Sebenarnya sie itu acara ga mesti dihadirin keluarga, toh acara kantor kan? Tp berhubung dan berhubung anak kebanggan nya ada di kota yg sama ya kenapa ga????
Mgkn Ayah juga mau pamer ke smua org klo punya anak yg kece kayak aku kali yaaa??? hahahahahhahaha....

Rasa haru bercampur bangga bisa aku lukiskan saat itu. Ku kecup dan ku peluk Ayah ku yg kepala nya sudah tak ditemukan rambut berwarna hitam lagi...

dalam perjalanan pulang aku berkisah dengan Ayah ttg kerjaan ku hari ini, sambil muter2, aku service Ayah ku jalan2 ke daerah tempat biasa aku makan (pdhl saat itu perut udh penuh sma tomyam)...

Ayah bukan musuh ku, bukan juga seorang yg aku takuti, tp beliau orang yg aku segani dan inspirator ku utk tetap berkarya.... Love you Dad... MMuuuuuaaaahhhh

Jumat, 25 Maret 2011

I don't Care..

Hihihiihiii, there's another sticker that I put on my wall…






 
"I don't care about what anybody says about me, as long as it's not true…"




It seems a little bit ignorant. Tapi ada masanya ketika aku bener-bener mikirin opini orang lain tentang ku. Pada akhirnya apapun yang aku lakukan berujung pada kebahagiaan orang lain, bukan kebahagiaan diri sendiri. Yang ada aku jadi capek sendiri. I mean, what people think about you is none of your business.

Misalnya ada yang ngomong, "Iiiih suara yang mulia Teteh Vie selembut Demi Lovanto lagi ngeden di pematang sawah!" well, I don't care about this opinion, pada kenyataannya, suara nahan dahaknya Shireen Sungkar itu lebih terdengar amboi-indahnyo dibandingkan nyanyian merdu yang keluar dari mulut yang mulia Teteh Vie.

Lain perkara kalau ada yang bilang, "waaaaow wajah yang mulia Teteh Vie mirip Teteh Kristen Stewart!" Well, I couldn't agree more! Ya yaa yaaa~ Lansung pengen buat season ramadhan-nya Twilight….Nggg, misalnya jadi....


As the end of the post, I would like to share one of my favorite music videos. I have been playing this tunes for such a long time and I have never got bored with the clip! It's totally awesome! Sometimes, when I heard a bad opinion about me, I would played this song, turned the volume up, danced in front of the mirror, then said "Vie! You're such P.Y.T, catching all the lights!" Hehehehe! Somehow, I would felt better :-)

Kamis, 24 Maret 2011

Bapak Bertampang Mafia

Tepat di sebelah ku ada seorang bapak tua berwajah mafia. Hiiiiiii~ ‘Atuuuut….

Well, tinggal di Jkt itu malah bikin aku lebih takut sama para imigran tak berduit. Di depan orang semacem ini, tak jarang aku harus berpura-pura sebagai warga keturunan yang sudah lama tinggal di Jkt dan mengenal kawasan sekitarnya, padahal ngomong bahasa Ind aja masih memalukan nusa dan bangsa.

Kalau misalnya aku bergaya ala turis pemudi Jepang yang terkenal kaya raya, siap-siap aja dipreteli. Boooo, beneran déh turis jepang yang datang ke Indonesia itu biasanya bukan sembarang turis. Kebanyakan dari mereka dateng ke Indonesia buat beli barang-barang branded langsung dari gerai aslinya. Konon katanya, harga barang-barang ini bakal gila-gila-an kalau kamu langsung beli di Jepang. Terus, solusinya adalah beli langsung ke negara produsennya??? Beuuuuu, kalau solusi buat yang mulia Teteh Vie sih meningan kagak usah beli barang branded sekalian. Tuh pake aje tas tajur, KW super, tahan banting, harga miring, and always makes you smiling….

Ya, begini dah nasib baca blog copy and art Creative yg paling  kere-aktif! "Aduuuuh, kapan ya tagline blog ini bisa berubah??? Dari ‘kere-aktif’ jadi ‘kaya-aktif’?" *Ibu-Peri-Tolong-Vie-Mode: ON.

Aku masih harus menunggu sejam lagi sampai kereta yang akan ku naiki datang. Brrrrrr~ Dinginnya udara malam membuat aku ingin bernyanyi ala Shincan “kebelet pipis, kebelet pipis, mama……”

Si bapak tua berwajah mafia terus melangkahkan kakinya bolak-balik dari area menunggu ke area tempat papan jadwal kereta tergantung. Tampaknya dia sudah tidak sabar untuk menunggu lebih lama lagi.

Mungkin si bapak berwajah mafia ini berpikir, “bakal gue beli juga tuh kereta! Sekalian dah ama stasiunnye!” (ngggg, ini mafia ape Wa Haji dari Rawa Belong ye???)

Dari penampakannya, yang mulia Teteh Vie bisa menilai, kalau nih bapak tua berwajah mafia pasti punya duit 7 digit euro di bank accountnya.

Siiigh~ Sedangkan aku, cuma bisa diam terpaku, membisu, dikarenakan bibir yang membeku.
Oh iya, kondisi tangan kanan aku udah baikan nih, kulitnya masih melepuh sedikit, tapi sudah dapat digunakan seperti sebelumnya. Sedangkan, bahu kiri ku belum pulih total, namun apa daya, pekerjaan demi pekerjaan sudah menanti di depan mata. Semuanya aku lakukan demi bisa beli sepatu baru.

“Ya Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikanlah aku sepatu baru yang sesuai dengan keinginan hati dengan cara yang paling keren yang Kau tau. Kalau bisa, gratisan, ya Allah, amiiiiin…” *Ibu-Peri-Tolong-Vie-Mode: semakin sering ON.

Ah, daripada mikirin gimana caranya dapetin sepatu baru, meningan aku mikiriin gimana caranya dapetin hatinya Fedi Nuril! Kyaaaaa~ Kyaaaaa~ *Ibu-Peri-Tolong-Vie-Mode: selalu ON.

Eh, bai de wei, si bapak tua berwajah mafia sudah kembali duduk nyaman di kursinya. Kayanya beliau udah mengumpulkan kesabarannya lagi, dan nggak jadi berencana beli kereta sekalian sama stasiunnya.

Oks déh, yang mulia Teteh Vie pamit soalnya suasana aman terkendali...

Cia ciao!

Minggu, 13 Maret 2011

Vie Sang Buronan Para Mertua

Hi teman-teman kelompok VieLo, eh sekarang mah lagi jaman manggil…Ngggg, kalau cewek jadi 'sist', kalau cowok jadi 'bro'. Nah, sebagai anak Palembang paling g4VL se-EROPA, aku ga boleh ketinggalan jaman dooong, heuseus di postingan kali ini, aku bakal manggil para kelompok VieLO, pake embel-embel 'sist' atawa 'bro' di depannya.

Jadi, aku ulang lagi ya menyapanya…

"Hi sist en bro, what's up ma-men??? Apo Kabar??" Aduuuuuh, hubungan ku dan logat Palembang yang ku miliki téh bagaikan tinja yang mengering di dalam lubang kloset, susah sekali untuk dihilangkan! Maaf ya, buat suku Indonesia lainnya, bukan salah Bunda mengandung di Sumsel, tapi salah Ayahanda buang sperma di Palembang …Aheeeey~ Sekarang Teteh Vie sudah mulai belajar joke para orang dewasa... hahaha (Najisss bgt yaaa denger nyaa, sama aku jg nulis nya rasa nya enek gillaaaa) :-P tapi tak apalah sedikit variasi, bosen jd anak lugu tapi belagu...

Eh sist en bro, aku mau curhat lagi ah. Aaaah, hari libur gini emang waktunya buat ber-mellow-mellow ria ya bro…Mana cuaca di sini udah mulai masuk hujan lagi, jadi suasana kelam kelabu langit di kawasan bumi utara ini semakin mendukung lah brooo…

Kemaren ku dikasih tau sama salah seorang sist VieLo(Vie Lovers), ada salah satu temannya yang bilangi:

"Vie, kata si Mawar (bukan nama sebenarnya, red) lu tuh sebenernya pinter, tapi lu pura-pura bego biar banyak cowok yang suka…"

Beuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh! Itu mah ya, rasanya aku pengen langsung ngelempar bom molotov isi puk kotok ke depan rumahnya si Mawar (bukan nama sebenarnya, red). Tapi, sebagai wanita ter-soleh se-Eropa, aku harus sabar brooo…Godaan setan banget nih, walaupun sesekali ku sering tergoda untuk ngatain, "setan juga ya lu!" ke si Mawar (bukan nama sebenernya, red) itu juga sih, kekekekekeke.

Okai-tokai, mari kita melihat masalah ini dari dua sisi.

Sisi pertama. Ya seperti yang sudah ku jelaskan, aku marah. "Ajeeee gileeee lu bro, emangnya kagak ada cara laen ape buat gue nyari cem-cem-an???" Itu kata-kata pertama yang ada di dalam pikiran ku. And hell yeah, secara nggak langsung, berarti dia ngatain aku bego dong??? Waaaaah cari perkara nih, kalaupun emang aku ini beneran bego (Ya Tuhan, se-bego itu kah tampang ku???), tapi kagak ada juga sih yang seneng dikatain 'bego'. Aku pikir, orang gila pun akan marah kalau dikatain gila.

Sisi kedua. Aku jadi senyum-senyum sendiri nih! Coba tolong diberi garis bawah pada kalimat, "banyak cowok yang suka…" Aheeeeeeey! Jadi, jadi, jadi, banyak cowok yang suka sama aku ya???? Aduuuuh, kalau memang benar begini adanya, aku ridho déh dikatain 'bego' berkali-kali juga, ahahahahahahaha!

Harus ku akui, kalau semua yang ada di dunia ini pasti memiliki dua sisi. Begitu pula dengan manusia. Nggak mungkinlah ada seorang manusia yang terus menerus bertingkah laku baik. Bahkan seorang Nabi pun bisa 'menyumpahi' umatnya dengan cara berdoa kepada Tuhan agar mereka diberi azab, bukan???

Yang jadi penting adalah, bagaimana kita dapat menutupi sisi buruk dengan sisi baik yang kita miliki. Pernah denger ga, jangan terlena akan pujian yang diberikan oleh orang lain kepada kita, karena pujian itu datang hanya dikarenakan Tuhan masih menutup aib kita? Yup, karena Tuhan masih menginjinkan kebaikan kita lebih ter-expose daripada keburukan yang pernah kita lakukan.

Aku juga begitu. Sering lah aku mengeluarkan sumpah serapah ketika hati ini sedang kesal bukan main, tapi bukan berarti aku tidak suka menuruti nasehat kedua orang tua dan malas pergi ke bank untuk menabung. Namun yang perlu ku lakukan bukan untuk menyesalkan kosa kata caci maki yang pernah ku keluarkan, tapi lebih kepada bagaimana hobby ku yang mengaji dan membantu ibu pergi ke pasar (bisa dibaca: membantu menghabiskan uang ibu di pasar) dapat meng-cover hobby ku menyumpahi orang.hehehe

Begitupula dengan masalah yang sedang ku alami ini. Aku sedang memutar otak mencari cara agar 'sisi kedua' lebih bisa mendominasi alam pikiran ku daripada 'sisi pertama'. Biar niat ku untuk menyemen kedua kaki si Mawar (bukan nama sebenernya, red) dan menenggelamkannya di selat Sunda, tak jadi ku realisasikan.

Nggggg…..

"Okai-tokai, meningan dikatain 'bego' tapi 'pinter' daripada dikatain 'pinter' tapi 'bego'." Siiiiip, positive thinking nomor satu siap aku jejalkan di antara saraf-saraf otak ku yang udah njelimet ini.

"Hmmm, jadi banyak cowok yang suka sama aku nih????" Aheeeeey, husnuzon (gimana sih cara nulis yang bener dari bahasa arabnya 'positive thinking'???) numor dua, udah dibungkuuuus.

So sist n bro, ini adalah salah satu cara ku untuk mendaur ulang cacian menjadi pujian. Jadi, kalau ada yang caci maki kamu, ya marah ajaaaaa! Kalau bisa sih, sekalian aja bakar-bakar ban bekas di depan rumah orang tersebut! Tapi jangan lupa, abis itu, abu bekas bakar ban-nya dibersihin lagi ya!

Biar dikatain bego byk yg naksir.. Chicks ;-)

Ya, tapi aku bakal lebih seneng juga sih kalau ada yang ngomong, "udah mah pinter, banyak yang suka lagi, Vie itu emang buronan para mertua ya bro!" Aheeeeeey~ Burung beo makan sosis, biar bego yang penting narsis! Kekekekekeke.

10 Pictures, and Segudang Memori

Udah bukan cerita baru kalau si  Kokom (my beloved computer) sering rusak, mulai dari hard-disk sampai monitor, pokoknya sagala aya! Aku pernah kehilangan data kuliah praktek, padahal seminggu lagi harus dikumpulin, kehilangan 10ribu lagu favorit ku, kehilangan foto-foto penuh kenangan…Tapi, tapi, tapi, barusan  aku lagi ngubek-ngubek HD eksternal ku and I found these seven memorable pics!!!! Hell yeaaaaaaah! I was sooooooo surprised!

My team Ki-Ka( Nita, Aba Haris, Teteh Vie, Mbak Die, Eja', Aba Wahyu, Dina, and minus Wak Abas(Hasan))


Aaaaaaaaaaaaah it was three years ago and when I was with my beloved friend ever, Mbak Dieeee, Eja, and Dina!!!!! They're my best partner in crime! Mereka temen satu angkatan, satu jurusan, aaaaaaaaaah aku kangen mereka banget!



They were my team at PPL II, Ki-Ka (Eja, Teh Put, Wita, Teh Vie, and Destri)


 Naaaa Klo yg ini foto aku bareng temen2 PPL II wkt itu.... Btw, kita eksis yaaa hehehe...











Daftar Ujian Skripsi bareng2, Ki-Ka (Dika, Mimi, Teh Put, Vie, Bang Toyib, Eja, Wita)
Harus ku akui dengan penuh suka cita bahwa aku merindukan masa2 kebahagian, ketololan, kegokilan bahkan kejahilan yg pernah ku jalani dengan teman2 dulu... Sumpeehhh sekarang mereka udh pada nikah, bahkan ada yg udah punya baby,., laaaaa aku kapan yaackkk???? entaaahhh laaaa, rasanya aku masih belum percaya klo semua udah pada berkeluarga (uppsss ga semua nya juga kali ya) abis ngeliat foto2 ini...

Mimi, Ria, Dika, Vie, Toyib, Eja, Wita, Kak Budi, Reki
Eja, Vie, Fili, Mimi, Cicik Merie

Aku inget bgt , foto2 ini diambil sekelar nya kita pada daftar ujian skripsi... Hahhaa, pdhl mestinya kita pada bersusah hati menjelang ujian yg udah di depan mata yack? Ini pada kemana coba pikiran kita, yg ada hanya lah ketawa ketawa ketawa, haha hihi hehe huhu hoho... It was unforgettable moment!! Chick ;-)


Dan sampailah pada waktunyaaaa……Udah jadi kebiasaan di dalam jurusan ku, bahwa setiap wisudawan-wisudawati yang lulus itu harus memakai kostum adat asli Palembang. Udah jadi keharusan bgt, brasa jd manten duluan hehehe....

Ki-Ka (Lita, Koko Shandy, Mimi, Teh Vie, Eja, Cicik Merie, Toyib, Fili, Teh Put, Wita, Cek Mala
Ki_Ka (Teh Put, Cek Mala, Teh Vie, Wita, Kak Aidil, Cicik Merie)


Maskot ketika ku wisuda Oktober 2009. Somehow I'm being proud of them. Jujur, waktu itu aku selalu berpikir, aku salah milih jurusan, otak ku terlalu ke-kiri-an dengan segala hal yang ku terima di FKIP Namun, baru sekarang aku merasakan, bahwa betapa beruntungnya aku dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan daya kreataifitas, setidaknya lingkungan seperti itu membentuk pola pikir ku akan sebuah arti kesuksesan. Ketika kita mengukur keberhasilan sebuah hidup itu bukan dari uang, tapi dari kebahagiaan yang kita dapatkan dan aku baru mengerti konsep itu setelah empat tahun kuliah di sana.

Intan, Vie, Linda, Kak Ivin, Tari, Zee, Utie, Dika, Ria
At my graduation day. Tadinya ku pikir foto-foto wisuda saya itu hialng semua, secara eh secara, hard disk Kokom ku pernah kebakar dan nggak ada data yang bisa tertolong lagi :( Sedih banget ya :( Tapi perasaan yang ku rasakan saat itu nggak bisa di capture dengan jenis kamera apapun.


After acara lulusan, besok nya aku langsung ngadain acara syukuran, dengan harapan kehidupan yg baru after menyabet gelar Sarjana Pendidikan, aku bisa menjadi pendidik yg baik, minimal mulai dari mendidik diri sendiri!!

Dan sekarang semua orang yg ada di foto2 diatas udah menunjukan jati diri mereka masing2, semua berjalan maju terlebih aku... Ya selagi ga nabrak aja yaaa... hehehe

Ada yg udah jd Ibu2 (Khesuees buat Wita dan Teh Put) selamat karena sudah dibuahi oleh Tuhan seorang Putra dan Putri... Buat Mimi, Cek Mala dan Bang Toyib selamat menempuh hidup baru bersama pasangan kalian... Buat Fili yg udah menemukan tambatan hati... ku doakan segera menyusul... Buat Reki, selamat menempuh kerjaan baru as frontliner dslh satu Bank Swasta di Prabu, Buat Mbak Die(Mak ku, Mbak ku, I miss you a lot) sukses dan salam buat ponakan ku yg udh pd gede2 (Rama dan Isan), buat Aba Haris, Wahyu dan Hasan, walau pun rimba kalian ga terlalu terdengar dari kuping ku, tp tetap ku doakan agar sukses sll menyertai kalian. At the last but not least, para jombloan/ty, koko Shandy, Eja, Cicik Merie, dan ga ketinggalan akikaaa... Smg kita diberi ketabahan dalam mengarungi mahligai rumah tangga kelak... hehehehee (jd mewek, iri karena ampe skr blm nikah2 juga) Tp yaaa apa mau dikata...??? Semoga dalam waktu dekat kita bisa menemukan yg kita memang cari yaa... AMIN.. (sambil mikir, "emang nya apa yg dicari?) jd lieuur sendiri etah mah... Atuhh laahh, yg pasti byk2 doa aja, smg Tuhan memberikan kelimpahan rahmat nya utk kita semua, terlebih lg buat para org2 yg ada di foto ini (maaf klo ada yg ga dimasukin) dan para pembaca semua...

I miss You All..... Mmmuuuuuaaaccchhhh....

Sabtu, 12 Maret 2011

Cerita kemarin: My Trip with Lenie (Orkes Sakit Hati)

Kumaaahhaa damaaangg sadayanaaa???

Annonyoong haseyooo??


Apa kabar??

Jum'at pagi as usual aku udah terbang ke Jkt guna melaksanakan tugas ku yg lain.. (gaya amat)

tp ada yg bikin jauh lebih semangat, idea tree yg aku bikin satu minggu yg lalu, skr udah naik satu peringkat ciieenttt, ahahahaaaa... ga nyangka manager ampe segitu cepat nya terpikat sama ide ku... Chicks... :-

Namun, kali ini I want to explain about the day.

As you know, si Mawar (bukan nama sebenarnya, red) itu adalah salah seorang jurnalis muda kenamaan namun kurang tersohor, aku bertekad akan membuatnya menjadi wartawan terkenal setelah ia membulatkan niatnya untuk mewawancarai ku dan menempatkan foto ku di halaman newspaper, tempat dia bekerja sekarang.

Besar di dunia wartawan, membuat  Mawar enjadi seseorang yang kritis dan ceriwis-yok-wis. Kami sudah sering beragumen tentang banyak hal. Kali ini, 'kemacetan di Ibu Kota' adalah topik yang kami pilih.

Sebagai wartawan g4vL, ditempat kami bekerja, berpendapat, setelah dia merantau ke Jakarta, kepalanya suka cenat-cenut dikarenakan keseringan ngedengerin lagu SM*SH di dalam busway di kala macet melanda. Sebagai jurnalis yang kritis, dia bener-bener marah sama pemerintah kota Jakarta yang tidak bisa menangani kesemerawutan tumpukan mobil di Jakarta.

"Satuju pisan lah sayah mah…" Jawab yang mulia Teteh Vie ga mau kalah. Maklum, walaupun sekarang aku tinggal di Italia (bo'ong bgt), tapi kalau liat timeline twitter temen-temen ku, trending topic-nya kagak jauh-jauh dari kondisi jalan raya di jam pulang kerja yang sering bikin mereka pengen ketemu sama Kwe Ceng si ketua partai pengemis Kaipang!

Namun, ku pikir, kasian juga ya orang-orang yang kerja di Pemkot Jakarta. Mereka adalah orang-orang yang paling sering didoain yang jelek-jelek sama para pencari nafkah di ibu kota, dan konon katanya, doa orang yang terdzaimi itu cepat dikabulkan. Hiiiiiiiii, kebayang aja gitu, kalau misalnya emosi Mawar lagi bergelora ke puncak asmara, "gara-gara nih macet, gue jadi nggak bisa ngejar nara sumber gue! Cih! Gue sumpahin nih orang-orang pemkot Jakarta punya jerawat batu di dagu yang kagak ilang-ilang sampe seminggu!!!!"

Booooo, wajah para pegawai Pemkot Jakarta jadi pada nggak unyu lagi doooong! Kan, kita-kita yang mau buat KTP juga jadi males kalau dilayanin sama orang yang punya jerawat batu di dagu dan nggak ilang selama seminggu!

Harusnya Pemkot Jakarta itu ngbatasin jumlah mobil pribadi, meningkatkan kenyamanan transportasi umum, buat trotoar yang nyaman, dan sebagainya.

Huehehehe, nunggu sampe Fedi Nuril (My fav actor)meluk aku bolak-balik juga, nih solusi bakal terus kaya gitu dan berjalan stagnan.

Daaaan….Bukan teman-teman Vie nya kalau nggak kere-aktif.

Jadi gini, menurut yang mulia Teh Vie, kan kemacetan kota Jakarta itu adalah hasil dari pengguna jalannya, institusi bernama 'pemkot Jakarta' di sini bertugas hanya sebagai fasilitator saja. Biarkanlah mereka sibuk dengan administrasi saja, ngurus KTP aja masih susah, apalagi kalau disuruh mikirin macetnya kota Jakarta. Kasian juga kan mereka, mereka juga punya keluarga yang harus diurus, punya calon istri yang kudu disatronin tiap malem Minggu, dan punya kucing persia yang harus dikasih makan whiskas tiap sore.

Lalu solusi apa yang dilemparkan oleh yang mulia Teteh Vie???

Hmmmm, aku membagi dua jenis solusi. Biar adil dan tidak terlihat lepas tangan dari masalah, tentu saja aku tetap membutuhkan bantuan Pemkot Jakarta.


1. Solusi jangka panjang (5-15 tahun)
Ini tugasnya Pemkot Jakarta. Mulai dari pemindahan ibu kota di beberapa tahun mendatang sampai dinaikannya bea cukai mobil pribadi.


2. Solusi jangka pendek (5 menit - 15 bulan)

Nah, di solusi yang satu ini, sebagai kelompok VieLo yang sering menerjang angin di jalanan ibu kota, bisa bermain ide sekeren mungkin.

Waktu pertama kali dengar dari Ontjom Penari Ular, bahwa perumahan kumuh di Mumbai yang iyuh bau amit-amit dan dari Caesy yang bilang, kalau tempat syuting drama seri kesohor di Korsel itu bisa jadi ladang turisme yang keren abis. Aku langsung berpikir akan sesuatu dari Indonesia yang dianggap remeh namun bisa mendatangkan income tersendiri.

Yaaa, kalau keindahan alam Indonesia di sana-sini mah nggak usah dipungkiri lagi ya, itu bener-bener bisa jadi daya tarik tersendiri. Tapi, di situ sisi kere-aktif-nya kurang tergali lebih dalam. Akhirnya setelah shalat shubuh dan minum susu putih, terbersitlah di otak yang mulia Teteh Vie, gimana caranya ngebuat macet-nya kota Jakarta menjadi objek turis luar maupun dalam negri????

Ketika macet tidak hanya dijadikan sebuah gerutu massal tapi juga bisa dijadikan trending topic di twitter, aheeey~

Macetnya sebuah ibu kota itu tak dapat terelakan lagi, karena hampir 70% kegiatan bisnis sampe kewarganegaraan lebih milih untuk menanamkan modalnya di sana. Ya, agak sulit dibayangkan juga kalau misalnya si Yves Saint Laurent mau buka butik di kawasan Cibiuk, sudah jadi sifat dasar di dunia perbisnisan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

Hal ini tidak hanya terjadi di Jakarta saja. Sebagai perantau yang sering melakukan galau-traveling, aku pikir, hampir seluruh ibu kota di dunia mengalami keadaan yang sama. Yang membedakannya adalah….Para pengguna jalannya. Yaaa, kalau di Indonesia para pengguna jalan itu bukan hanya para pengendara bermotor saja, tapi sampe tukang gorengan pun bisa jadi pengguna jalan, kekeke.

Maksud yang mulia TetehVie, kita kudu ngegusur tukang gorengan biar Jakarta nggak macet lagi?

Beuuu, sebagai penikmat karoket, goreng tempe, dan gehu (toGE pake taHu), tentu saja, aku bakal kuciwa berat kalau hal ini sampai terjadi. Udah mah macet! Nggak ada tukang gorengan! Jomblo lagi! (Aheeeeey~ Fedi Nuril tembaklah akyuuuh!)

Lalu, aku menemukan solusi ini dari sisi psikologis dan pola pemikiran para pengguna jalan raya. Ibaratnya mah ya, kalau kalian mikir macet itu nggak unyu, ya sampe aku gantiin Nikita Willy di shit-netron Putri Yang Tertukar, tuh macet kagak bakal unyu.

Gimana caranya biar relung-relung jiwa para pengguna jalan di Jakarta itu tidak mengalami kegalauan tingkat tinggi hanya dikarenakan kemacetan belaka. Kalau kata Zainuddin MZ mah, "masih banyak fakir miskin dan janda-janda tua yang harus kita pikirin…"

Sebagai lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, aku mau bagi-bagi rezeki ah buat para teman-teman sejurusan ku, terutama yang jurusan Lenteng Agung-Salemba, kekeke.

Sudah diakui oleh dunia, kalau warga Indonesia itu adalah salah satu warga yang konsumtif. Ada yang salah dari pendapat yang satu ini??? Yaaa, jeleknya sih, kalau lagi nggak punya duit, tapi pengen beli ini-itu. Tapi, bagi ku, selama kalian punya duit mah, mau konsumtif juga tak mengapa. Salah satu bukti positifnya adalah, ketika negara Amrik mengalami pailit kemaren, Indonesia merupakan satu-satunya negara, yang mengalami kenaikan perekonomian dikarenakan, para warganya tetap bisa membeli barang-barang yang ada di pasar. Namun, ingatlah selalu, kalau sesuatu yang berlebihan itu kurang baik adanya, kekeke.

Terus hubungan antara konsumtif sama solusi macet tuh apa?

Ngggg, kan biasanya kalau sebuah produsen mau ngeluarin produk baru, rata-rata mereka butuh suatu acara di mana target konsumen mereka bisa berkumpul dan tertarik untuk menggunakan produk atau jasa yang mereka tawarkan. Daripada ribet-ribet nyewa gedung atau tempat elit, jalan raya di jam pulang kantor itu bener-bener jadi 'tempat yang gokil' buat promosi. Kapan lagi coba, para middle class (salah satu golongan penduduk yang terkenal akan ke-konsumtif-an-nya) bisa ngumpul se-abreg-abreg di dalam tempat dan waktu yang bersamaan???

Nah, di sinilah anak lulusan desain komunikasi visual bisa bermain sepuas hati mereka. Buatlah iklan-iklan terpadu di sepanjang jalan yang terkenal akan kemacetan-nya tersebut. Tapi, ya boooo, buat iklan tuh, ya jangan cuma papan seukuran segede gaban, terus ada gambar artis-artis lagi duduk caem dengan background sebuah matahari terbit yang diapit dua gunung. Itu mah anak SD juga bisa….

Buatlah sebuah media visual yang menarik. Selain menarik konsumen juga menarik mata. Aku ambil contoh nih ya, bisa lah, kalian pajang foto saya di sebelah patung Pak Tani atau…..Bisa juga buat mural (grafiti dalam ukuran yang besar yang memiliki tema atau cerita tertentu), atau buat pameran karya seni. Mau nggak mau tuh ya, orang-orang yang lagi stuck di jalan itu bakal pada ngeliat, dan masih banyak ide lagi yang bisa disumbangkan oleh teman-teman lainnya.

Biasanya nih ya, kalau ada suatu icon mencolok di sebuah tempat, tuh facebook ama twitter bakal rame palomba-lomba buat majang foto pose-pipi-chubby-jari-telunjuk-di-atas-bibir-manyun dengan bekgron icon yang bersangkutan. Dari sini nih, turis bisa dateng. Yaaa, kalian jangan pikir 'turis' tuh cuma orang bule pake celana pendek dan bawa kamera doang. aku yang asli Palembang ini juga bisa aja dikatakan sebagai turis kalau lagi ke Jakarta.

Ide lainnya adalah, setau saya, peak-hour-nya radio itu pagi-pagi ya, dari jam 6-10 AM. Banyak dari radio di Jakarta saling berlomba membuat acara yang menarik di slot waktu yang sama. Menurut ku, bisa juga tuh peak-hour nya digeser dari jam 5-9 PM, pas orang-orang lagi stuck di jalan, bosen dengerin lagu di i pod yang itu-itu aja, radio merupakan salah satu pilihan utama untuk menghilangkan rasa bosan semata.

Boleh lah itu dihidupkan kembali acara AMKM (Anda Meminta Kami Memutar), "kirim salam buat pengguna mobil honda jazz ber-plat B 5929 RT, tolong dong maju sedikit, ini di belakang aku udah ada yang klaksonin terus, dari motor bebek keluaran tahun 92. Sekalian minta puterin lagunya, Kahitna, yang 'Cerita Cinta'…." Tuuuh pan, berawal dari macet turun ke hati.

Tentunya hal ini nggak bisa dibebankan kepada anak FKIP atau desain komunikasi visual saja, para lulusan urban landscape, ekonomi, elektro, para tukang las, tukang cilok, sampe anak-anak SMA yang demen aplot poto-poto dengan berlatar belakang tempat-tempat hip di Jakarta kudu bersatu padu mewujudkannya.

Intinya sih, gimana caranya mengubah keluhan menjadi pujian. Kan, di salah satu ayat di dalam kitab suci yang saya percaya itu pernah bilang, apapun yang terjadi, pasti ada hikmahnya, bukan? Di balik kemacetan di Jakarta juga, apstia da hikmahNya.
Lagian kan yang macet itu jalannya ya, bukan otak kita, kekeke.

Salam olahraga.
xoxoxo 

hahahaha, eiya Sabtu kemaren juga aku kedatangan tamu istimewa dari Palembang, my beloved cousin, Lenie. Dia juga mau piknik sakit hati karena ditinggal sang suami bertugas ke kota Pangkal Pinang.. Alhasil dia kejem2an ama duit buat menuhin nafsu dia buat belanja dan keliling2 kute Jakarte ini. Dan aku di daunlat utk mnjadi tour-guide nya dia.. Ya ampyuuunnn padhal aku jg masih suka nyasar bin kesesat!!


Tapi, td siang abis kelar dr ngantor dan lgsg buru2 ke Bandara buat jemput Yuk Lenie, Finally aku tau kudu ajak dia kemana,  EX Plaza di Jakpus… maunya Dia ke Plaza Indonesia… Ehhh malah  aku ajak masuk EX Plz, hahaha, tp lumayan disana ada permainan ngetes daya jantung booo'… Aku ditantang Yuk Leni buat naek itu… when aku berada di dalam kepompong itu, deg2an bgt… Sumpahhh dechhh… Rasanya mau stop aja… Biarin dech aku jd pelayan dia sehari… Tp biasa JAIM nya tinggi… hehehe alhasil naek deh..


Serruuuuuuuuu..........wuuuzzzzz.....wuuuzzzz...!!!! Heboh habis dah td aku merrosot dari ketinggian 7 lantai. Pengalaman pertama cuy...dan...pengen lageee...hahahaha...
Gak disangka sangka sanggup juga aku mluncur di Atmosfear @ EX Plaza. Pernah ngeliatin di TV dan keliatannya sich biasa aja. Tapi td baru kerasa tangan ku sampe shaking saking serunya...Mau turun aja mikirnya ampe lama. Akhirnya pun pasrah aja lah. Tapi pas meluncur, sensasinya luar biasa...Tornado di Dufan aja kalah tuch...hahahaha… Next time, mrosot lagi aahhh....Wuuiieeeeeee......!!

Cukup seneng2 nya, aku pun beranjak buat curhat keluh kesah ku pasca ngeliat album foto salah satu kekasih hati yg masih betah nempok dihati ini... Cuma satu kata sepupuh ku yg lg kepengen bgt punya baby ini "Dia jenuh denger cerita ku yg begitu2 aja" Toooeeengggg gila aja, udah cerita panjang kali lebar masa reaksi dia begitu ajaaa???

Haaahh Yuk Leniiee ga assiikkk aaahhhh...

Atuuullaaahhh, klo urang Sunda bilang mah "nyeuuriii euuyy"...

Selasa, 08 Maret 2011

Sebuah Note dari B. J

Aku menemukan seonggok daging di tumpukan friendlist di facebook. Hey, hey, hey siapa dia? For your information, ketika ada yg meng-add ku di situs pertemanan yang satu entuh, hal pertama yang ku cross-check adalah mutual friends yang kemudian dilanjutkan dengan…..Notes! Yuppie binti he-euh, notes! Bukan informations, bukan wall, bukan kumpulan sejibun foto, atau sebangsanya. Aku suka membaca, sesuai dengan ayat pertama yang turun dari kitab suci yang saya yakini, "iqraaa…" atau "bacalah…" Buat ku modal utama untuk menjadi seseorang yang cerdas lahir dan batin adalah…..Membaca. Apapun itu, dari al-quran sampai stensilan!

Aku tidak pandai membaca pikiran namun aku suka membaca tulisan. Aku suka menerka-nerka, kira-kira apa ya yang dipikirkan sang author ketika membuat tulisan tersebut dan sampailah aku pada…..Orang ini! Kenalkan namanya B. J mahasiswa yang terancam lulus dari sebuah universitas kenamaan, UGM, kalau kata ku Universitas Gigireun Masjid, kalau kata dia, Universitas Gaul Mameeeeen.  B.J asli Tasikmalaya, anak seorang kyai kenamaan, punya hobby ngegombal, dan sayang banget sama emaknya.

Aku  yakin semua teman-teman pernah mengalami hal-hal yang Bung B.J rasakan. Bingung meniti karir! Kalau kata si Renee Suhardono mah ita sedang mengalami masa-masa, when "your job is NOT your career!"

Kita merasa kehilangan arah, 12 tahun lebih sekolah, berasa nggak ada gunanya, ketika kita mati-matian mencapai nilai minimum di kala UAN. Namun semuanya tampak selayaknya sebuah kiasan ketika mencari sebuah pekerjaan. Hehehehe! Aheeeeey~

Tenaaaaaang, aku juga mengalami hal yang serupa kok. Bingung mau jadi apa nanti? Pokoknya pengen hidup kaya, mati masuk surga! Tapi sayangnya di antara 'hidup bergelimang harta' dan 'mati ditemani para bidadara', ada rasa muak, menjijikan, pikasebeleun, menggelikan, dan hal-hal yang buat kita pegen nyimpen kedua tangan basah kita di atas colokan listrik.

Namun, after I read what he had been writing, I felt that….Yup! Yup! Yup! Selamat membaca déh, biar ngerasain hal yang sama atas apa yang ku rasakan. Atas se-izin beliau ku dapat meng-share semuanya sama teman-teman sadayana, sakulawargi, sedunia!!!

So, here we go….









“Banyak generasi telah bekerja dalam pekerjaan yang mereka benci, hanya supaya mereka bisa membeli barang-barang yang tak mereka perlukan”

Ucapan itu sangat menampar ku. Aku menemukannya dalam buku ”Spiritualitas dan Realitas Kebudayaan Kontemporer” yang saya beli minggu lalu. Ucapan itu adalah potongan dialog film ”Fight Club”, diucapkan oleh tokoh Tyler Durden. Dan begitu menemukan ucapan itu, aku terpanggil untuk menulis (lagi).

Kalau aku boleh jujur, aku sudah menyadari itu dari dulu. Aku selalu merasa semua orang punya minat dan bakat masing-masing. Dan semua orang (seharusnya) punya jalan yang berbeda untuk mengembangkan minat dan bakat yang berbeda-beda. Susah rasanya membayangkan seorang atlet basket tertarik pada kajian filsafat, sebagaimana sulitnya mengajak seorang sastrawan untuk bermain futsal. Dan jurusan-jurusan kuliah yang sedemikian beragamnya itu memungkinkan untuk setiap minat dan bakat menemukan jalannya sendiri-sendiri. Sengaja ku kerucutkan ke dunia perkuliahan, agar terasa lebih konkret.
 

Aku menyadari itu ketika duduk di kelas dua SMA. Orang-orang selalu berpikir aku punya modal yang cukup untuk masuk kelas IPA dan kuliah di Fakultas Kedokteran, termasuk Bunda dan Ayah. Mungkin, bagi kebanyakan orang, profesi dokter adalah profesi yang prestisius, menggambarkan orang cerdas dengan penghasilan selangit. Aku pun sedikit terbawa suasana. Aku sempat masuk kelas IPA. Ternyata, di kelas IPA aku malah semakin yakin, bahwa aku sedikit bawel, punya sedikit modal kecerdasan verbal (istilah kerennya). Akhirnya, aku memutuskan pindah ke kelas IPS.

Banyak yang menghujat, termasuk ibu ku. Betapa kecewanya dia, karena akhirnya ia harus bisa menerima kenyataan anak sulungnya ga bakal jadi dokter. Tapi, dalam hal ini, aku terpaksa harus durhaka. Toh, yang sekolah, yang kuliah, tetap aku. Bunda ku memang berperan, memberi uang tiap bulan. Tetapi, ia tidak akan ikut-ikutan memikirkan praktikum di Fakultas Kedokteran yang mengancam aku mati berdiri dengan mata melotot dan usus terburai di laboratorium. Dan aku tak mau hidup ku berakhir secepat dan setragis itu.

Jadi dokter? Pintar, cantik, kaya, siapa yang ga mau? Tapi aku tak berminat dengan citra semacam itu. Kalaupun pun memaksakan diri, dan ku mampu, tetap saja hidup ku tidak akan menyenangkan. Aku akan memaksakan diri untuk menempuh studi sekian tahun, dengan beban belajar dan biaya sekian banyak, lalu mendapatkan izin praktek dokter. Lancar dan tidak beresiko, bukan? Kalau tiba-tiba aku melakukan kesalahan, apa yang bisa aku lakukan? Aku membunuh orang dengan dalih salah suntik, lalu di pengadilan aku bilang: ”Maaf, yang mulia, sebenarnya dari awal saya sama sekali tidak berminat jadi dokter. Saya terpaksa jadi dokter demi membahagiakan ibu saya, bukan karena saya ingin menyembuhkan pasien”. Dan aku akan dicap sebagai dokter paling konyol sepanjang sejarah.

Maka, aku pun banting setir. aku masuk kelas IPS, impian ku: kuliah di Fakultas Ekonomi jurusan apapun. Tapi, lagi-lagi aku harus berkompromi. Tuhan ternyata lebih berkenan kalau aku jadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Lenteng Agung-Depok hahahaha, Jurusan Bahasa Inggris dinkkk maksudnya, yang nyaris tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Aku tak mau menyakiti hati bunda ku untuk kedua kalinya. Katanya: ”Tak apalah kakak gagal jadi dokter, yang penting kakak harus jadi Dosen paling gaaa atau jdai pembaca berita (mengingat anak nya punya bakat yg mumpuni buat jd presenter tp selalu gagal klo ikut audisi)!”. Alamak! Tak sadarkah dia, betapa susahnya membayangkan manusia dengan muka seperti aku sedang membaca berita di layar televisi. Tapi, ya sudahlah. Bukankah rahmat Tuhan bergantung pada restu bunda?

Dan 4 tahun berlalu. Ada banyak kesempatan kerja yang menanti di ujung sana, membuat ku ingin cepat-cepat wisuda. Jadi pembaca berita? Tampaknya aku akan mirip dengan ucapan di atas: saya bekerja dalam profesi yang saya benci demi mendapatkan apa yang tidak saya butuhkan. Ya, aku benci dunia citra, aku benci harus jaim. Dan tampaknya aku tak butuh penghasilan jutaan rupiah demi memuaskan hasrat ku nongkrong di warung burjo dan merokok kretek Djarum 76. Ya, aku memang jelek dan goblok. Dan aku tak malu untuk mengakuinya. Jelek ya jelek. Goblok ya goblok. Lalu, sejak kapan orang jelek dan goblok jadi pembaca berita?

Lantas, apa profesi yang aku impikan setelah lulus seperti sekarang ini?
Merujuk pada kecenderungan ku akhir-akhir ini, yang cukup membuat teman-teman ku gerah dan mencibir ku dengan bertubi-tubi, profesi impian ku adalah:
Penulis spesialis curhat!
Ha ha ha....

Tak ada hubungannya dengan dokter, dosen atau pembaca berita?
Tak apalah.

Aku hanya ingin bekerja dalam pekerjaan yang benar-benar aku sukai, demi mendapatkan hal-hal yang benar-benar ku perlukan.

Yeah.....






Sekian dan terimakasih, semoga tulisan ini bisa menjadi renungan di kala malam. Eh tapi, malem-malem tuh enaknya pacaran kali ya??? Bukan merenung. Dan aku pun mendapatkan sebuah solusi dari salah seorang teman ku, Mawar (bukan nama sebenernya, red), "enaknya tuh Vie, malem-malem merenung jorok bersama pacar!" Hoahahahahahahaha! Ckckckckckckck, pergaulan anak muda jaman sekarang…..

Dedikasi To: Senyorita Futrih Atut Atit Ati...

Hai teman-teman kelompok VieLo semuanya, annyong haseyoooo???

Oh iya, postingan yang satu ini kheseuuusss aku buat utk merayakan hari jadi-nya salah satu temen boker sambil kayangnya Teteh Vie. Let me introduce to Futrih atau aku lebih suka memanggilnya dengan sebutan Senyorita Futrih'Atut 'Atit 'Ati..

Tepat hari ini, 08 Maret, Senyorita Futrih 'Atut 'Atit 'Ati merayakan ulang tahunnya yang ke-24! Wohoooo, seorang wanita lajang penuh bakat. Salah satu alumnus dengan gelar cum laude perguruan tinggi ternama di Indonesia, penulis buku (bisa dicari bukunya di Gramedia), mantan wartawan sebuah majalah kenamaan, dan sekarang beliau sedang mencari dambaan hati sambil bekerja di sebuah biro konsultan lighting di Ibu Kota. Wihiiiiii! Singkat kata, dia adalah seorang high quality jomblo! ("Tuh, Put udah gue promosiin abis-abisan!") Tapi asal kalian tau,  Senyorita Futrih 'Atut 'Atit 'Ati ini satu kampung sama si Ryan sang pembantai. Jadi, bagi para pria yang ingin meluluhkan hatinya, saya peringatkan, berhati-hatilah kau bermain api dengan  Senyorita Futrih 'Atut 'Atit 'Ati, sekali-kalinya kalian melukai perasaannya, nyawa kalian taruhannya! Siap-siap aja dimutilasi!  
Senyorita Futrih 'Atut 'Atit 'Ati ini adalah salah seorang yang memiliki peran cukup besar sampai ku bisa ke Jakarta. Dia bayar tiket pesawat ku, asuransi perjalanan, dan biaya ongkos kirim…Yeaaa raiiiit, ini kebohongan publik. Kekekeke, nggak kok, di antara berjuta pengalaman yang ku alami bersama  Senyorita Futrih 'Atut 'Atit 'Ati, pengalaman mengikuti les bahasa Korea baru2 ini hanya dikarenakan biaya les yang paling murah dibandingkan les bahasa lainnya yang diadakan oleh pihak UPT Bahasa di Universitas tempat dia menempuh program strata satu dahulu, adalah salah satu pengalaman ter-gokil yang pernah ku alami belakangan ini.

Betapa bodohnya aku waktu itu, dengan kemampuan nilai TOEFL bahasa Inggris yang cuma 520-an, aku malah niat ambil bahasa asing lainnya. Bisa dibilang, waktu itu ku ambil les bahasa ini hanya untuk gegayaan semata dengan harapan one day aku bisa nyangsang langsung di negaranya. Hal ini yang buat ku percaya, apapun yang ku lakukan sekarang, jangan pernah berharap kalau aku akan mendapatkan hasilnya keesokan harinya, dan apa yang aku dapatkan sekarang bukan semata-mata atas apa yang aku lakukan sesaat kemarin. Terus, alhamdulillah-nya lagi, sekarang nilai TOEFL ku udah mencapai angka 1765! (Yaaaa, ngibul dikit nggak apa-apa lah, pokoknya sekarang nilai TOEFL ku udah alhamdulillahirabilalamin banget dah, djazakallahu khairan kasiran!)
Aku juga mendedikasikan foto ini untuk  Senyorita Futrih 'Atut 'Atit 'Ati.  Well, ini ada sedikit behind the scene dari foto yang memang aku sudah persiapkan untuk merayakan hari jadi  Senyorita Futrih 'Atut 'Atit 'Ati dari negara sebrang (foto diambil bulan Januari kemaren). Wah, kebayang nih, aku lagi di Jakarta sekarang, pasti bawaannya pengen nyeplok kepala si  Senyorita Futrih 'Atut 'Atit 'Ati pake telor busuk!



Tapi kertas buat nulis ucapan selamat ulang tahun-nya kekecilan, jadi apa daya gitu déh hasilnya, kagak keliatan tulisannya ucapan 'happy birthday'-nya ya!
Nah, ini udah lumayan lah, agak bagusan dikit, rana gambarnya udah lumayan rapi. Apalagi ditambah dengan berdirinya sesosok perempuan manis di situ, menambah ke-eksotisan pemandangan Singapore! Siapa sih perempuan itu??? Kece abeeees! Unyuuuu bangeeeet! Pasti dia hobby-nya luluran seluruh body pake krim spa wangi kesemek dan keramas pake shampo metal forte!


Senin, 07 Maret 2011

Time + Tragedy = Comedy

Dear, teman-teman yang aku hormati. Barusan aja aku baru nangis-nangisan, mengingat betapa tersiksanya batin ini, ooouch dada ku ga sampe disilet-silet kaya Manohara sih, cuma ya gitu, perihnya hati ini, bagaikan luka bekas gigitan anjing herder yang ditaburi garam dan merica. Ooouch! Ya pokoknya mah, kalau kata urang sunda, "Nyeuuuuuriiiiiiiiiiiii!"

Biasalah, seorang anak yg kadang menjadi perantauan yang tak tau kapan akan pulang dengan segala permasalahanya. Kalau misalnya aku jabarkan keluhan-keluhan ku di sini, aku tau pasti bakal ada yang bilang, "waaaaah, segitu mah belum seberapa, coba lu liat gue..." dan mulailah kita membanding-bandingkan permasalahan. Ngebandingin kebaikan aja terkadang kita udah males ngedengerinnya, apalagi ngebandingin kesusahan??? Makin menjadilah rasa kesal yang ada kalau pada akhirnya ada yang bilang, "lu kurang mensyukuri hidup…" Walaupun mungkin memang benar pada kenyataannya seperti itu, tapi percaya déh, bukan kata-kata itu yang orang ingin dengarkan ketika mereka bercerita tentang kesusahan hidup yang SEDANG (maksudnya: present tense ya, masih berlangsung kejadiannya nih...) mereka alami.

Eh, tapi dulu ya aku juga pernah punya perasaan kayak gini, sampe mencret-mencret ga jelas gitu. Waktu SMA tepatnya, ketika aku harus mengulang ujian mata pelajaran Kimia untuk entah keberapa kalinya.

Bayangin, waktu itu aku nangis dua jam dalam shalat malam dan di dalam doa, aku cuma bermunajat, "kenapa harus ada yang namanya Ilmu Kimia di dunia ini, ya Tuhan-ku yang Maha Pengasih????"

Bodoh banget ya??? Hehehe. Sekarang aku bisa ngakak inget kejadian tersebut, tapi percaya déh, nggak pernah ada di dalam benak aku kalau aku akan ketawa ketika mengalami nasib tersebut.

Okai-tokai, sekarang aku bisa ketawa-ketiwi inget masa itu. Tapi tho Tuhan mengabulkan doa ku, akhirnya aku masuk Fakultas Keguruan Jurusan Bahasa Inggris, di mana di dalam semua semesternya, aku tidak pernah belajar satu mata kuliah pun yang berhubungan dengan Kimia! Alhamdulillah!

Dan sekarang aku dalam masa yang sama ketika aku harus mengulang ujian mata pelajaran Kimia, ya aku ga harus ngulang ujian sih, cuma perasaan yang sama ku rasakan saat ini sama kayak waktu SMA dahulu. Tapi, aku yakin kalau satu-satunya hal yang bisa membuat aku bangkit adalah bayangan di beberapa saat yang mendatang, ketika aku bisa menarik nafas lega dan tertawa tentang masa-masa yang ku alami saat ini.

Minggu, 06 Maret 2011

Ontjom Dari Mumbai

Mari ku perkenalkan teman-teman semuanya, kepada salah seorang dedengkot , di beberapa postingan ku sering menyebutnya sebagai Ontjom Penari Ular, Sebutan ini tak lain dan tak bukan dikarenakan tempat tinggal dia sekarang, the country that produces more than 400 movies in a year….India!
Ontjom (demi kelancaran jodoh yang bersangkutan, maka umur dirahasiakan, red), lulusan interior desain sekaligus arsitektur di dua buah universitas tersohor di Indonesia. Salah satu teman piknik patah hati yang asyik buat ku ini, pernah kerja di sebuah biro arsitektur di Jepang dan sekarang beliau lagi nemplok di sebuah negara yang terkenal akan Amitha Bachan (bener nggak sih nulis namanya???), Kajol, dan Sarukh Khan, di kota Mumbai, the slum world! Pernah nonton The slumdog's millionare??? Yup, there he is.

Tapi, di balik semua goyangan pinggul dan hidung bangir para aktornya, ada seorang pria berkulit hitam, hidung mancung ke dalem, dan sedang memiliki ambisi untuk memanjangkan rambutnya biar bisa dicepol, (katanya sih pengen kaya rambut Teteh Vie yang demen diiket cepol) di situ. Dia duduk di depan komputer yang terus menyalakan program autoCAD dan sesekali bermain google talk, terkadang posisi duduknya yang sedikit membungkuk memberikan sinyal kehidupan bahwa dia sudah mulai lelah dengan segala mumetnya sebuah negara yang konon mendapatkan julukan sebagai negara ter-demokrasi sedunia itu.





Dengan sebuah ancaman akan menyebarluaskan segala rahasia yang ia ceritakan pada ku, akhirnya Teteh Vie berhasil membujuk (dibaca: kalau dia nolak, aku berniat untuk menulis nama kecengan dia di wall account facebook beliau, red) Ontjom Penari Ular untuk membagi se-uprit pengalamannya selama tinggal di India!

Teteh Vie si Cantik Jelita (V): "Hai Ontjom, apa kabar?"
Ontjom(O): "Baik…"





V: "So, why you choose India?
O: "Karena the slums! The dharavi! Saya pengen belajar banyak tentang dharavi, buat bekel 'ilmu' ngerjain atau ngebenahin pemukiman di Indonesia."












V: "Udah berapa lama di India?"
O: "Besok, tepat delapan bulan!"
V: "Wah cukup lama juga ya. Sebutkan tiga hal yang melintas pertama kali di benak lu, ketika gue nyebut 'India'?"
O: "Bollywood, Bau, dan Hindu…"
V: "Oke, gue ngerti kenapa lu nyebut 'bollywood dan hindu', tapi 'bau'?"
O: "Hahaha. Disini orang-orang kalau makan harus pake bawang dan makan bawangnya nggak malu-malu! Bawangnya segede APEL! Jadi makan bawang udah kaya makan apel aja…"






V: "Iyuuuuh, bau banget ya pastinya. Then, pengalaman yang paling gokil selama tinggal di India?"
O: "Saya kenalan sama satu orang India di sebuah acara, saya kira dia cuma orang India biasa. Tapi, setelah nanya-nanya ke orang lain, saya baru tau kalau dia itu sineas muda paling berpengaruh se-India, kaya 'Garin Nugroho'-nya India gitu lah…"
V: "Wooooow! Terus, sampai sejauh ini apa yang udah lu dapetin dari India?"
O: "BANYAK! Yang pasti, selain makin deket sama Allah secara geografis, insyaAllah secara iman dan hati juga. Terus, saya juga dapet ilmu tentang ilmu-ilmu arsitektur dan interior. Tapi anehnya, tujuan awal saya malah belum kesampean….Belajar dari dharavi-nya sendiri."





V: "Selama di India udah ke mana aja?"
O: "Baru Ahmedabad, Ganpati Phule, dan Karjat."





V: "Yang paling berkesan yang mana?"
O: "Sejauh ini sih Ahmedabad. Banyak budaya-budaya di Ahmedabad (misalnya; orang-orang Gujarat) yang mirip sama Indonesia. Mulai dari makanan, arsitektur, dan lain-lain. Mungkin juga karena budaya kita (Indonesia, red) juga banyak kepengaruh sama mereka, jadi pas saya ke sana seolah-olah kaya…Napak tilas!"














V: "Wah ada kata 'Indonesia' di sini, apakah lu kangen dengan Indonesia?"
O: "KANGEN! I'd die for her! 'Her' di sini itu 'ibu pertiwi' ya…"
V: "Hoooo, dikira 'her' yang lain….hehehehe. Jawaban lu sangat menjurus sekali soalnya…"
O: "Hahahahahaha!"
V: "Okai tokai, dari segala hal yang ada di Indonesia, apa yang paling membuat lu kangen?"
O: "Ooooh, tentu saja CEWEK-CEWEK-nya…." (BTW, si Ontjom sendiri lho yang meng-capslock tulisan CEWEK-CEWEK, red)





V: "Emangnya ada apa dengan cewek India?"
O: "Setiap kali saya ditanya kaya gini, saya selalu jawab 'iya, emang cantik-cantik, cantik mampus malah…Tapi, mau secantik apapun cewek India, Jepang, Perancis, Portugal, hati saya selalu meleleh sama cewek Indonesia…"





V: "Dari hati banget ya ngomongnya??? Hehehehehe. However, when will you return to Indonesia?"
O: "InsyaAllah 3 bulan-an lagi."
V: "Apakah lu akan balik lagi ke India?"
O: "HELL NO!"








V: "Kenapa?"
O: "Pertama, ambisi saya adalah keliling dunia, jadi untuk apa mengunjungi tempat yang sama untuk kedua kalinya. Kedua, saya pasti stay di Indonesia for good. Tepatnya, Jogja."





V: "Kenapa harus Jogja?"
O: "Ngggg…Nggak tau juga…Sama kaya jatuh cinta pada pandangan pertama aja. Buat saya, Jogja itu….Damai, tenang, ada kesederhanaan, kesenian, eksotis, romantis, nggak tau…Klik aja."
V: "Pernah ke Jogja sebelumnya?"
O: "Pernah, Februari 2006 untuk survey skripsi."
V: "Hooo. By the way, adakah kota-kota lain yang menjadi prioritas utama lu untuk dijambangi setelah lu keluar dari India?"
O: "Istanbul, New York, dan Maroko. Istanbul, karena ceweknya cantik-cantik dan bebas visa. New York, karena ibu kota dunia. Maroko, karena eksotis. "
V: "Sebagai sesama penggemar musik. Apakah lu punya lagu yang 'elu dan India' banget?"
O: "You're my star dari Stereophonics. Video klip nya juga tentang holi, salah satu festival di India."
V: "Final question nih Tjom, ada 'do & don't' nggak buat temen-temen kelompok VIELO
O: "Do, visit india and all that crap-nya not more than 2 weeks (IT'S A MAXIMUM!). Don't, visit India more than 2 weeks. That simple!"
V: "Ahahahahahahahahahahahaha! Teteh Vie does love your answer!!!! Punya rencana setahun ke depan?"
O: "S2."
V: "Okai tokai déh. Semoga sukses dengan S2-nya dan bisa pergi ke Istanbul, New York, dan Maroko. Jadi pengen menyempurnakan 'eat, pray, and love'-gue untuk pergi ke India gini déh…"





Jadi, adakah dari teman-teman yang ingin pergi ke India bareng Ontjom?

Tulisan ini, sengaja ku buat, untuk membuktikan bahwa sejauh apapun aku atau teman-teman yang diberikan kesempatan untuk pergi entah ke belahan dunia yang mana, pada dasarnya kami itu hanya Warga Negara Indonesia biasa yang tidak hanya membutuhkan Indonesia sebagai tanda pengenal asal usul di passport saja, pada akhirnya kami membutuhkan Indonesia sebagai tempat untuk pulang juga.

Monyet Bilang, Saya Mereka?

Annyong Haseyooo, kemaren aku baru beli kaset dvd dan lgsg nonton. Sebuah film yang sudah menggugah aku sejak lama dan tertahan karena blm ada jualanan kaset nya, finally bisa ku tonton juga. Film yg konon katanya bertema sangat feminisme, berjudul, 'Mereka Bilang, Saya Monyet!'

Astagfirullah, Gustiiiiiiii……Randa! Eta kunaon nepi ka kitu-kitu amat judul pelem téh??? (ditranslate: O my goat! O kambingku! What's going on with Indonesian movie's title now???)

Aduuuuh, aku téh pengen gaya sebenernya, pengen kaya blog-blog yang lagi nge-hip banget sekarang, kan para blogger éta téh suka nulis posting-posting-an-nya pada pake Bahasa Inggris, emangnya yang punya komputer téh, bangsa endonesa aja??? Tapi, atuh da kumaha yah, keinginan sama kemampuan terkadang suka berbanding terbalik, hahahha cucian dehh...


Pengen sih sekali-kali nulis pake tulisan bule, tapi apa daya mulut ini memang terbiasa ngobrol sama Kang Diman, Mang Udin, dan Jang Asep. Ah, andaikan saja aku dilahirkan dari seorang ayah bernama Robert dan seorang ibu yang memiliki pupil mata berwarna biru muda, pasti sekarang aku sudah wara-wiri di dunia pershit-netronan Oom Punjabi, bukan kerja berjam-jam, seperti detik ini! Aaaaaargh, dunia ini memang kejam ya broooo!

Eh, jadi tadi téh kita lagi ngomongin apa ya sebelumnya???

Oh, heu-euh, pelem yang dibuat berdasarkan novelnya Djenar Maesa Ayu. Eduuuuun pisan lah! Sebuah film yang menggambarkan kehidupan seorang penulis yang memiliki masa lalu yang kelam. Dia adalah anak hasil 'rumah-patah' (dibaca: broken home). Di mana Henidar Amroe benar-benar memerankan si tokoh ibu dengan sungguh lihai (lihai banget dah ciuman sama para aktor-nya! Suer!). Aku sampai nggak nyangka, sekarang Tante Henidar memilih untuk menggunakan jilbab, setelah melakukan kissing-scenes yang hot bersama Akang Bucek.

Ah, emang ya hidayah mah beda-beda waktu datengnya ya…Tuh, makanya buat para anggota FPI, jangan ujug-ujug ngehancurin sana-sini. Coba bayangin déh, kalau misalnya para anggota FPI nge-grebek tempat shooting pelem 'Mereka bialng, saya monyet!' Mungkin Tante Henidar tidak diberikan kesempatan untuk mengetahui bagaimana rasanya melakukan salah satu anjuran agama muslim kepada para pengikutnya yang berjenis kelamin wanita.

Oh ya, akting Titi Sjuman yang menjadi pemeran utama pun nggak kalah ciamiknya sama Tante Henidar. Aku sampe bingung, kenapa bisa ya Titi Kamal lebih sering maen pelem dibandingkan Titi Sjuman, nama boleh sama-sama berawalan 'Titi', tapi untuk kualitas akting, saya pikir Titi yang 'itu' lebih mumpuni.

Oom Ray Saetapi pun tampak sangat menikmati perannya yang demen ciuman sama si pemeran utama. Iya ya, siapa juga yang nggak suka ciuman ama Teteh Titi Sjuman???

Ya, intinya sih, pelem 'Mereka bilang, saya monyet!' adalah sebuah pelem yang bagus, apalagi banyak adegan ciumannya. Wah demenan aku banget dah itu mah! hahahhaha dasar geeloookkkk...

Eh, tapi aku kaget lho, setelah menonton pelem ini, aku jadi tau, ternyata ada juga ya sifat KKN dalam dunia jurnalisme Indonesia Isu tersebut digambarkan sangat baik oleh Djenar Maesa Ayu sebagai sutradara, ketika Ajeng (Titi Sjuman) yang melakukan perselingkuhan dengan seorang penulis kenamaan yang memudahkannya untuk memasukan tulisan-tulisan ke dalam redaksi-redaksi media masa ternama. Waaaaaow, aduuuuuuh jadi pengen macarin editor-editor majalah-majalah anak muda terkemuka, biar aku bisa terkenal mendadak gitu…Hahahhaa

Kehidupan Ajeng yang sebagai penulis cerita anak-anak ceria-gembira digambarkan sangat bertolak belakang dengan kehidupan sehari-harinya yang sungguh kelam-jumawa. Si Ajeng kalau udah minum bir udah kayak aku minum nutri sari rasa jeruk nipis. Subhanallah, benar kata Bang Oma dalam salah satu lagu kegemaran Ayah ku, 'Mirasantika', "gara-gara kamu orang bisa jadi edan, gara-gara kamu orang kehilangan masa depan…KU TAK MAU TAK!" Hajaaaarrr... Engkol DJ....


Lalu, dari mana asal usul kata 'monyet' dalam pelem ini??? Oooooh, bukan karena wajah Teteh Titi Sjuman mirip monyet. Waaaah, kalau wajah Titi Sjuman mirip monyet, wajah ku mirip siapa??? (Dari kejauhan terdengar, "kalau Teteh Vie mah mirip Jenifer Lopez!" I know, I know that). Kata 'monyet' itu sendiri berasal dari panggilan sayang teman-temannya Ajeng oleh kedua temannya yang tak kalah demen ciuman dengan para aktor muda lainnya.

Setelah menonton pelem ini, cita-cita ku menjadi penulis menjadi sedikit goyah. Bener kata Pak Erwin (senior ku di creative)  mendingan jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) ajalah kalau gitu mah. Masuk jam 8, istirahat siang sambil shalat dzuhur jam 12, pulang jam 4, tapi shalat ashar dulu jam 4.15, jam 5 pergi ke pasar, jam 6 shalat maghrib, jam 7 nyiapin makan malem buat suami dan anak, jam 9 shalat isya, jam 9.30 tidur, lalu bangun jam 3.30 untuk shalat malam, lalu sahur (ceritanya téh lagi hari Kamis, jadi aku sahur buat menjalankan salah satu sunnah Rasul, puasa setiap hari Kamis) sampai waktu imsak tiba, dan dilanjutkan oleh kegiatan shalat shubuh berjamaan bersama sang suami tercinta. What a life! Salah satu bayangan kehidupan yang tak pernah terpikirkan oleh ku sampai umur ku menginjak kepala dua seperti sekarang ini.

Okai-tokai, dapat ku simpulkan bahwa pesan moral pelem ini adalah: "Ini pilem bagus bro! Abis nonton pelem ini, aku jadi ngeliat PNS sebagai salah satu pekerjaan yang bisa bikin aku masuk surga juga!" Abisan ya, selama ini, kalau baca koran-koran téh, aku suka disajikan berita-berita buruk dari menjadi seorang PNS, padahal mah tergantung orangnya juga sih ya, kalau emang udah demennya mabok-mabokan dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mau jadi seorang guru ngaji, bisa aja masuk neraka.

Eh tapi kalau aku yang jadi sutradaranya, aku bakal lebih memilih judul 'Mereka bilang, aku kayak Dian Sastro!' atau 'Mereka bilang, aku mirip Luna Maya!' daripada 'Mereka bilang, saya monyet!'. Makan sosis-sambil ngetik, walau narsis-tapi Teteh Vie emang paling cantik! Chiiicckkk... ;-)