About me?

Foto saya
I'm humble and friendly

Kamis, 24 Maret 2011

Bapak Bertampang Mafia

Tepat di sebelah ku ada seorang bapak tua berwajah mafia. Hiiiiiii~ ‘Atuuuut….

Well, tinggal di Jkt itu malah bikin aku lebih takut sama para imigran tak berduit. Di depan orang semacem ini, tak jarang aku harus berpura-pura sebagai warga keturunan yang sudah lama tinggal di Jkt dan mengenal kawasan sekitarnya, padahal ngomong bahasa Ind aja masih memalukan nusa dan bangsa.

Kalau misalnya aku bergaya ala turis pemudi Jepang yang terkenal kaya raya, siap-siap aja dipreteli. Boooo, beneran déh turis jepang yang datang ke Indonesia itu biasanya bukan sembarang turis. Kebanyakan dari mereka dateng ke Indonesia buat beli barang-barang branded langsung dari gerai aslinya. Konon katanya, harga barang-barang ini bakal gila-gila-an kalau kamu langsung beli di Jepang. Terus, solusinya adalah beli langsung ke negara produsennya??? Beuuuuu, kalau solusi buat yang mulia Teteh Vie sih meningan kagak usah beli barang branded sekalian. Tuh pake aje tas tajur, KW super, tahan banting, harga miring, and always makes you smiling….

Ya, begini dah nasib baca blog copy and art Creative yg paling  kere-aktif! "Aduuuuh, kapan ya tagline blog ini bisa berubah??? Dari ‘kere-aktif’ jadi ‘kaya-aktif’?" *Ibu-Peri-Tolong-Vie-Mode: ON.

Aku masih harus menunggu sejam lagi sampai kereta yang akan ku naiki datang. Brrrrrr~ Dinginnya udara malam membuat aku ingin bernyanyi ala Shincan “kebelet pipis, kebelet pipis, mama……”

Si bapak tua berwajah mafia terus melangkahkan kakinya bolak-balik dari area menunggu ke area tempat papan jadwal kereta tergantung. Tampaknya dia sudah tidak sabar untuk menunggu lebih lama lagi.

Mungkin si bapak berwajah mafia ini berpikir, “bakal gue beli juga tuh kereta! Sekalian dah ama stasiunnye!” (ngggg, ini mafia ape Wa Haji dari Rawa Belong ye???)

Dari penampakannya, yang mulia Teteh Vie bisa menilai, kalau nih bapak tua berwajah mafia pasti punya duit 7 digit euro di bank accountnya.

Siiigh~ Sedangkan aku, cuma bisa diam terpaku, membisu, dikarenakan bibir yang membeku.
Oh iya, kondisi tangan kanan aku udah baikan nih, kulitnya masih melepuh sedikit, tapi sudah dapat digunakan seperti sebelumnya. Sedangkan, bahu kiri ku belum pulih total, namun apa daya, pekerjaan demi pekerjaan sudah menanti di depan mata. Semuanya aku lakukan demi bisa beli sepatu baru.

“Ya Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikanlah aku sepatu baru yang sesuai dengan keinginan hati dengan cara yang paling keren yang Kau tau. Kalau bisa, gratisan, ya Allah, amiiiiin…” *Ibu-Peri-Tolong-Vie-Mode: semakin sering ON.

Ah, daripada mikirin gimana caranya dapetin sepatu baru, meningan aku mikiriin gimana caranya dapetin hatinya Fedi Nuril! Kyaaaaa~ Kyaaaaa~ *Ibu-Peri-Tolong-Vie-Mode: selalu ON.

Eh, bai de wei, si bapak tua berwajah mafia sudah kembali duduk nyaman di kursinya. Kayanya beliau udah mengumpulkan kesabarannya lagi, dan nggak jadi berencana beli kereta sekalian sama stasiunnya.

Oks déh, yang mulia Teteh Vie pamit soalnya suasana aman terkendali...

Cia ciao!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar