About me?

Foto saya
I'm humble and friendly

Rabu, 03 November 2010

Jalan lama terulang

This is my lovely sister, Tytha
Well, sama sekali tidak ada dibenak ku untuk kembali menelusuri lorong ini lagi. Tempat dimana pernah menjadi saksi bisu aku harus berjuang untuk kembali sehat seperti sedia kala. Tempat yang pernah mengantarkan aku ke tempat aku bisa beristirahat dengan tenang untuk sementara waktu. Tempat yang sempat menjadi saksi ketakutan Ibunda ku. Ya... itu adalah Rumah Sakit yang sempat ku tinggali sebanyak 2x banyaknya.
Kali ini aku kembali, tapi bukan sebagai pasien, tapi sebagai pengunjung. Adik bungsu tercinta ku, kini terbaring lemah tak berdaya... DBD telah merenggut waktu belajar, bermain, dan berkumpul nya.
Sebenarnya ini merupakan kali kedua nya menempati salah satu kelas VIP di Rumah Sakit yang terkenal dengan fasilitas dan service yang premium. Harga nya pun premium, tapi bukan itu yang ingin ku angkat sekarang. Tapi perasaan cemas, takut bahkan merinding lah yang menjadi prioritas ku sekarang.
Dimana aku harus belajar untuk menghilang rasa semua itu dan mencoba untuk senetral mungkin.
 Tapi tetap susah, aku perlu usaha yang keras untuk memberanikan diri kembali ke Rumah Sakit ini lagi. Jantung ku berdegup kenjang ketika kendaraan roda empat kami membawa aku menulusuri jalan menuju tempat dimana satu keluarga ku pernah mencicipi rasanya jadi salah satu pasien disini. Tangan ku merinding ketika kaki ku mulai masuk ke dalam ruangan Emergency, tempat dimana adik ku untuk pertama kali nya diamankan.
Rasa pertentangan pun muncul, antara mau ikut masuk atau tidak. Memang terasa lebai atau berlebihan, tapi itulah kenyataan yang ku rasa. Aku Trauma. Tapi dengan usaha yang cukup keras akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan dan melihat banyak pasien dengan berbagai macam penyakit dan keluhan yang diderita.
Dari sikecil lahir prematur yang masih sangat merah terpaksa harus merasakan kedasyatan jarum menusuk masuk ke urat nadinya, dan O2 yang dipaksa masuk lewat celah hidung kecil nya. Sampai Kakek-kakek yang rentah yang hanya diantar oleh warga setempat, (ku rasa kakek itu tak punya sanak keluarga) dan seabrek rupa dari bermacam penglihatan yang ku lihat.
Itu semua sudah sangat melengkapi hari ku saat itu, padahal siang nya aku bertemu sang kekasih hati, rasanya hawa nya, hangat tangannya yg menggenggam tangan ku erat2, tatapan mata yg syahdu, suara ketawa yg khas yg keluar dr bibir imut nya pun masih kental terasa dalam ingatan ku.
Dan ternyata semua berbalik 180 derajat setelah aku memasuki kembali ruangan ini.
Terlihat dokter jaga yang pontang panting kesana kemari melayani satu demi satu pasien... Aku heran mengapa di Rumah sakit sekelas dan sepremium itu dokter jaga nya hanya ada satu. Satu lawan banyak otomatis kalah lah si Satu... Pasien bejibun begitu, tangan dokter cuma dua.
Haaa adek ku menangis kesal karena dokter tak kunjung datang (kita brasa berada di RS yg biasa2 saja akhirnya)..
Tp untunglah setelah melewati waktu dengan termenung melihat kanan kiri orang sekitar dengan berbagai aset penyakit yg diderita, akhirnya sang Buk dokter pun menghampiri kita. Diperiksa nya adek ku yg memiliki suhu badan yg amat sangat panas, bak air yg baru mendidih, bak film kartun pasti udah ada efek asap di atas kepala nya. Setelah kurang lebih 10 menit dia memeriksa adik ku, diputuskan lah Tytha (panggilan akrab adik ku) untuk segera diambil sample darah nya guna di cek.
Menunggu hasil adalah kegiatan kami selanjutnya, sembari tetap melihat manusia-manusia yg lainnya. Sesekali aku keluar, menghirup udara segar yg tetap terasa hambar karena cemas dan stress.
30 sampai 45 menit waktu yg kami habiskan utk mendengarkan hasil dari tes hingga diputuskan lah bahwa adik ku tercinta divonis +DBD...
Subhannallah... ini kali kedua dia terjangkit penyakit yg sama.
dan positif jg kudu rawat inap...
Itulah mengapa kali ini tulisan ku diberi judul "jalan lama terulang", karena jalan ini mengingatkan aku akan banyak memori jelek... kesan yg tak bagus cenderung stress dan bikin mumet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar