About me?

Foto saya
I'm humble and friendly

Rabu, 04 Mei 2011

Media Ohhh Media

Menurut yang mulia Teteh Vie, apapun itu bisa dikatakan baik jika terjadi sebuah keseimbangan. Termasuuuuuuk…..Tayangan-tayangan televisi di Indonesia.








Siiiiigh~

Aku itu suka kesel sendiri kalau lagi nonton acara-acara tipi dari Indonesia. Prime time-nya di isi sama shit-netron shit-netron yang sering banget buat para pemirsanya mengerutkan dahi sambil mencetin komedo! Pernah tuh aku nonton, salah satu shit-netron, di mana pemerannya yang ceritanya masih SMA (tapi udah pake ei syedou ama lipstik kaya mau ke kondangan nikahan anaknya Presiden) berencana ngeracunin temennya pake racun bubuk (padahal kita-kita udah tau, kalau racun itu cuma garem! Peulisss bapak produser, mata anak-anak g4vL jaman sekarang itu suseh buat ditipu). Ciaaaaaaaaaaaaat~ Wataaaaaaaaaaaaaau! Suweeeeeeeer déh, aku langsung pengen nerapin jurus tongkat pemukul anjing-nya An Cit Kong ke si script writer!

Atulaaaaaaaaah, biar sering galau gini, yang mulia Vie pernah ngerasain masa-masa SMA juga. Tapi bisa dibilang 90% masa SMA ku dan teman-teman semuanya dipenuhi dengan berbagai cara biar nggak kena remidial sampe cara tepat dan jitu biar lulus UAN. Dari beberapa teman ku, ada yang ikut les tambahan, belajar kelompok, shalat tahajud 23 rakaat, atau nyontek berjamaah DAN NGGAK PERNAH TUH TERBERSIT SAMA SEKALI DI OTAK KU BUAT NGASIH RACUN KE TEMEN YANG PELIT NGASIH JAWABAN PAS ULANGAN! Walaupun tipe temen kaya gini tuh bikin kesel juga sih, tapi berani sumpah-sampah-serapah, aku ga pernah berpikir untuk ngasih kalium sianida ke dalam es teh yang lagi dia minum. Suweeeer!

Setelah mulai agak pesimis sama tayangan shit-netron shit-netron semacam itu, akhirnya yang mulia Vie beralih pada tayangan berita. DAAAAAN, lagi-lagi, isinya itu tentang ancaman bom di rumah artis yang tersohor, maling ayam yang lagi dihajar massa, sampe berita koruptor yang nggak pernah ketangkep (somehow, aku jadi inget Edi Tansil, apa kabar ya beliau? Semoga senantiasa selalu berada dalam lindungan-Nya. Perasaan kita udah lima kali ganti presiden, tapi kagak pernah ketangkep juga).

Lanjut nonton acara gossip-gossiip-an…Aku ini termasuk salah seorang yang tidak setuju dengan diharamkannya infotainment oleh MUI. Boooo, udah nggak dapat dipungkiri lagi, di belahan dunia manapun, selebriti dan wartawan itu saling membutuhkan. Dari Paris Hilton sampe Caca Handika nggak bakal bisa yang mulia Vie kenal, kalau tanpa bantuan dari ulasan para wartawan di medianya masing-masing.

Balik lagi ke konsep 'keseimbangan' yang menurut ku masuk akal.

Jadi gini, aku bukannya mau tutup kuping sama pemberitaan Gayus yang bisa bolak-balik masuk penjara, kaya yang mulia Vie bolak-balik masuk WC kalau abis makan cabe pake gorengan (cabe pake gorengan????? Yo-i! Perbandingan cabe sama gorengan yang saya makan itu bisa 5:1). Tapi ya tolong atuh berita tentang bobroknya pemerintah itu diimbangi sama berita rencana TNI AL membebaskan kapal MV Sinar Kudus dan awaknya yang dibajak oleh bajak laut Somalia menggunakan operasi militer, di apple macbook dan macbook pro superdrive (DVD RW-Optic)-nya asli made in Indonesia, sampe terbitnya sebuah buku berjudul 'Aankomen in Bali' karangan Inggrid Vander Veken, seorang novelis tersohor asal Belgia.

Di era digital seperti sekarang, menurut penerawangan yang mulia Vie, udah nggak g4vL tembak-tembakan pake bom nuklir. Udah lah uranium mah dipake buat membantu pasokan listrik ke daerah-daerah aja. Sekarang itu jamannya perang media, di mana negara yang memimpin dunia adalah negara yang bisa menguasai media pemberitaan.

Yang mulia Vie ambil contoh, Amerika. Ente-ente pade udeh tau pan tuh negri terkena krisis gila-gila-an. Mulai dari krisis ekonomi sampe krisis kepercayaan sama pemerintahnya. Tapiiiiii, satu dari lima orang di dunia, masih ngejawab Amerika, kalau ditanya, "mau cari penghidupan di mana?" Menurut ku, pemerintah Emrik kudu berterimakasih sama industri pertelevisian mereka yang getol banget membuat pencitraan bahwa Emrik masih terlihat sebagai negara adidaya di dunia.

Salah satu hal yang aku pelajari selama tinggal di Italia (cie cieeee gayaaa, pdhl cuma suka ngikutin koran Italia donk via mbah google) ini adalah mengenai betapa kuatnya pengaruh media di dalam dunia per-politk-an. As you know, Berlusconi, si presiden Italia sekarang itu demen banget pesta pora bersama para gadis muda di bawah umur dan beliau juga merupakan satu-satunya presiden yang melakukan face-lifted (itu lhooo operasi ngencengin kulit) biar wajahnya keliatan tampak lebih muda. Tapi, dengan segala skandalnya itu, kenapa coba dia bisa terpilih menjadi pemimpin negara yang tersohor sama menara Pisa-nya ini lebih dari sekali??? Soalnya media televisi Italia itu hampir 70% dikuasai sama beliau. So, ketika kalian ngeliat ada sebuah berita bahwa Berlusconi punya cem-cem-an baru gadis imigran dari Mesir yang masih berumur 17 tahun, dengan cepatnya berita-berita di televisi yang dikuasi Berlusconi itu memberitakan berita lain. Hmmmm, kayanya aku udah mulai bisa nyium bakal muncul 'Berlusconi' versi Indonesia nih, kekeke.

Sama kaya zamannya pemerintahan alm. Soeharto waktu dulu. Di mana beliau bener-bener nguasain pertelevisian Indonesia sejadi-jadinya. Di mana berita tragedi Tanjung Priok ketutup dengan suksesnya dengan berita keberhasilan Indonesia menjadi negara swasembada pangan. Dan kalian liat hasilnya dong dari 'pengaruh media' yang dilakukan alm. Eyang yang satu itu??? Kagak nanggung-nanggung ciiiin, beliau berkuasa selama 32 taoooon lamanya. Akika tinta mawar boooo!

Buat ku, senjata berkedok media itu lebih sadis daripada pistol paling berbahaya sedunia. Soalnya kalau pistol mah paling tidak ngelumpuhin salah satu anggota tubuh kita, tapiiiiii, yang namanya media pertelevisian……Mereka itu bener-bener 'melumpuhkan' otak kita, mereka itu bener-bener ngebentuk pola pemikiran kita yang nonton.

Misalnya nih ya, sama kejadian tsunami yang terjadi di Jepang baru-baru ini. NHK, salah satu channel TV di Jepang kagak pernah nayangin korban-korban yang bergelimpangan dengan sarkasnya ditambah efek-efek lagu bernada menyayat sembilu yang membuat Jepang lebih dikenal sebagai sebuah negara yang bisa cepat bangkit. Bandingin sama Indonesia waktu tsunami Aceh 2004 yang lalu, kayanya setiap jaringan televisi lokal itu saliing berlomba menayangkan adegan-adegan mengharu biru dengan bekson lagu-lagu yang sendu, yang pada akhirnya mebuat citra Indonesia sebagai negara yang lebih patut dikasihani.

Ya, kita perlu juga tayangan-tyangan televisi untuk mengetahui keadaan terbaru dari area bencana yang baru terjadi, tapi menurut ku, lebih dibutuhkan rasa kemanusiaan yang berlebih daripada tayangan-tayangan para korban bencana dalam keadaan yang kurang baik, untuk memberikan bantuan. Kalau kata Shinici Kudo mah, "perlukan sebuah alasan untuk menolong orang lain?"

Well, sekali lagi, aku bukannya ga suka sama tayangan-tayangan pemberitaan televisi Indonesia. Di lain sisi, mereka itu bisa dikatakan sebagai 'pencambuk' pemerintah untuk bekerja lebih baik dan sebagai pembuka cakrawala bagi pemirsanya. Di tahun 1998, aku ga pernah tau ada negara namanya Macedonia atau Tajikistan, kalau bukan karena salah satu acara jalan-jalan di sebuah televisi swasta. Tapi, yang aku kurang suka itu adalah pembagian porsi dari tayangan yang mereka sampaikan.

Ketika sebuah tayangan televisi itu dikatakan baik hanya dikarenakan rating yang bagus, bukan karena dampaknya kepada masyarakat luas.

Siiigh~ Jadi kangen sama acara Dunia Dalam Berita TVRI setiap jam 7 malem di mana di bagian sisi kiri bawahnya selalu ada orang yang melakukan bahasa isyarat untuk membantu para tuna rungu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar