About me?

Foto saya
I'm humble and friendly

Rabu, 26 Januari 2011

Kutipan Sahabat

Alkemis itu mengambil buku yang dibawa seseorang dalam karavan. Membuka-buka halamannya, dia menemukan sebuah kisah tentang Narcissus.

Alkemis itu sudah tahu legenda Narcissus, seorang muda yang setiap hari berlutut di dekat sebuah danau untuk mengagumi keindahannya sendiri. Ia begitu terpesona oleh dirinya hingga suatu pagi, ia jatuh ke dalam danau itu dan tenggelam. Di titik tempat jatuh itu, tumbuh sekuntum bunga, yang dinamakan narcissus.

Tapi bukan dengan itu pengarang mengakhiri ceritanya.

Dia menyatakan bahwa ketika Narcissus mati, dewi-dewi hutan muncul dan mendapati danau tadi, yang semula berupa air segar, telah berubah menjadi air mata yang asin.

“Mengapa engkau menangis ?” tanya dewi-dewi tu.

“Aku menangisi Narcissus,” jawab danau

“oh, tak heranlah jika kau menangisi Narcissus ,” kata mereka, “sebab walaupun kami selalu mencari dia di hutan, hanya kau saja yang dapat mengaggumi keindahannya dari dekat. “

“Tapi ......... indahkah Narcissus ?” tanya danau

“ Siapa yang lebih mengetahuinya daripada engkau ?” dewi-dewi bertanya heran. “Di dekatmulah ia tiap hari berlutut mengagumi dirinya !”

Danau terdiam beberapa saat. Akhirnya, ia berkata : “Aku menangisi Narcissus, tapi tak pernah ku perhatikan bahwa Narcissus itu indah. Aku menangis karena, setiap ia berlutut di dekat tepianku, aku bisa melihat di kedalaman matanya, pantulan keindahanku sendiri.”

“Kisah yang sungguh memikat, “ pikir sang alkemis.


diambil dari prolog buku The alchemist (Paolo Coelho)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar